Nationalgeographic.grid.id—Para penggemar astronomi di seluruh dunia akan memiliki kesempatan istimewa untuk menyaksikan fenomena langit yang menakjubkan pada bulan Maret tahun 2025.
Bulan purnama yang dikenal sebagai Bulan Cacing (Worm Moon) akan mengalami gerhana bulan total, di mana Bulan akan tampak berubah warna menjadi merah dramatis.
Menurut informasi dari NASA, peristiwa ini akan terjadi pada malam tanggal 13 Maret atau dini hari tanggal 14 Maret, tergantung pada zona waktu masing-masing pengamat, dan akan terlihat jelas dari Belahan Bumi Barat.
Fenomena Gerhana Bulan Total dan Bulan Merah
Melansir CBS News, Gerhana bulan terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam satu garis lurus, menyebabkan Bulan melintasi bayangan yang dihasilkan oleh Bumi.
Pada gerhana bulan total, seperti yang akan terjadi pada bulan Maret 2025, seluruh bagian Bulan akan masuk ke dalam bagian tergelap dari bayangan Bumi.
Fenomena ini dapat disaksikan oleh siapa saja yang berada di separuh bagian Bumi yang menghadap Bulan saat peristiwa itu terjadi. Selain gerhana total, terdapat juga gerhana parsial dan penumbra yang terjadi ketika ketiga benda langit tersebut tidak sejajar sempurna.
Selama gerhana bulan total, Bulan akan memancarkan warna merah-oranye yang khas, sehingga sering disebut sebagai bulan darah. Warna merah ini muncul karena cahaya Matahari yang tidak terhalang oleh Bumi akan dibiaskan dan disaring melalui lapisan tebal atmosfer Bumi sebelum mencapai permukaan Bulan.
Semakin banyak debu atau awan yang terdapat di atmosfer Bumi selama gerhana, semakin pekat warna merah yang akan terlihat pada Bulan. NASA menggambarkan fenomena ini seolah-olah seluruh matahari terbit dan terbenam di dunia diproyeksikan ke Bulan, sebuah konsep yang serupa dengan alasan mengapa langit tampak biru pada siang hari.
Di beberapa negara seperti di Amerika Serikat, bulan purnama di bulan Maret dikenal sebagai Bulan Cacing karena diperkirakan penamaannya berasal dari kemunculan cacing tanah saat musim semi mulai mendekat, seperti yang dicatat oleh Almanak Petani Tua.
Teori lain menyebutkan bahwa nama ini mungkin berasal dari catatan di tahun 1760-an mengenai cacing atau larva kumbang yang keluar dari kulit kayu saat pohon-pohon mencair setelah musim dingin.
Baca Juga: Mengapa Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan Tidak Terjadi Setiap Bulan?