Gerhana Bulan Total 13-14 Maret 2025: Penjelasan dan Wilayah Indonesia yang Bisa Melihatnya

By Ade S, Jumat, 14 Maret 2025 | 19:03 WIB
Peta yang menunjukkan lokasi terjadinya gerhana bulan pada tanggal 13-14 Maret 2025. (NASA's Scientific Visualization Studio)

Selain Bulan Cacing, bulan purnama di bulan Maret juga memiliki nama lain yang berkaitan dengan peralihan musim, seperti Bulan Elang, Bulan Angsa, Bulan Gagak Kembali, Bulan Gula, Bulan Angin Kuat, dan Bulan Mata Sakit. Hari pertama musim semi di tahun 2025 akan jatuh pada tanggal 20 Maret, hanya beberapa hari setelah terjadinya Bulan Cacing ini.

Waktu, Visibilitas, dan Fenomena Langit Lainnya

Gerhana bulan total yang akan terjadi pada tanggal 13-14 Maret 2025 , seperti dilansir laman Space.com, diperkirakan akan berlangsung selama lebih dari enam jam secara keseluruhan.

Rangkaian peristiwa ini akan dimulai dengan gerhana penumbra, di mana Bulan akan memasuki bayangan luar Bumi yang samar dan mulai kehilangan kecerahannya.

Setelah itu, fase parsial akan terjadi ketika Bulan mulai memasuki bayangan umbra Bumi yang lebih gelap dan mulai berubah warna menjadi merah. Puncak dari gerhana ini, yaitu totalitas, di mana seluruh Bulan berada di dalam umbra Bumi, akan berlangsung selama 65 menit. Setelah totalitas berakhir, Bulan akan kembali melalui fase parsial sebelum akhirnya keluar dari bayangan penumbra.

Peristiwa gerhana ini akan dapat disaksikan secara penuh, termasuk puncaknya, di sebagian besar wilayah benua Amerika. Eropa Barat, termasuk Spanyol, Prancis, dan Inggris, serta wilayah Afrika Barat seperti Tanjung Verde, Maroko, dan Senegal, akan dapat melihat totalitas saat Bulan terbenam pada pagi hari tanggal 14 Maret.

Sementara itu, penduduk Selandia Baru akan melihat gerhana pada tahap akhir, dengan Bulan sudah berada dalam bayangan parsial saat terbit pada tanggal 14 Maret.

Sayangnya, sebagian besar fase gerhana bulan total ini tidak akan dapat disaksikan dari Indonesia. Namun, beberapa wilayah di Indonesia bagian timur masih berkesempatan untuk melihat fase penumbra akhir dari fenomena langit ini, mulai pukul 19.00 WIT.

Wilayah-wilayah tersebut meliputi seluruh Papua, Maluku Utara dan Maluku, bagian timur NTT, sedikit bagian timur Sulawesi Tengah, dan bagian timur Sulawesi Utara.

Selain gerhana bulan, pengamat juga berpotensi melihat fenomena lain. Jika terjadi hujan ringan selama bulan purnama, kemungkinan akan muncul pelangi bulan yang langka, yang terbentuk oleh cahaya bulan, bukan cahaya matahari, dan biasanya terlihat saat bulan purnama berada rendah di langit pada jam-jam setelah matahari terbenam.

Lebih lanjut, pada malam terjadinya gerhana bulan total, pengamat juga dapat melihat sekilas planet Jupiter dan Mars di langit barat. Rasi bintang juga mungkin akan terlihat lebih jelas dari biasanya karena cahaya Bulan yang meredup akibat bayangan Bumi.

Meskipun sebagian besar fase gerhana bulan total pada 13-14 Maret 2025 tidak dapat disaksikan di Indonesia, masyarakat Tanah Air masih akan memiliki kesempatan untuk menyaksikan gerhana bulan total lainnya pada tanggal 7 September 2025.

Menurut informasi dari BRIN, gerhana bulan total pada bulan September tersebut dapat disaksikan mulai pukul 22.28 WIB hingga 8 September pukul 03.55 WIB.

Untuk mengamati gerhana bulan, tidak diperlukan peralatan khusus, namun penggunaan teropong atau teleskop dapat meningkatkan pengalaman pengamatan. Syarat utama untuk mendapatkan pemandangan terbaik adalah lingkungan yang gelap dan jauh dari polusi cahaya.