Gletser yang berada di Pegunungan Alpen dan Pyrenees, yang merupakan wilayah yang paling parah terkena dampak di Eropa, telah menyusut sekitar 40% dalam periode waktu yang sama.
Abou Amani, Direktur Ilmu Air di UNESCO, menambahkan bahwa penurunan volume gletser memiliki dampak lanjutan yang signifikan. Hilangnya lapisan es yang sebelumnya memantulkan sinar matahari digantikan oleh permukaan tanah yang lebih gelap dan cenderung menyerap panas.
Beliau memperingatkan bahwa "pencairan gletser berdampak pada reflektivitas radiasi [matahari] dan itu akan memengaruhi seluruh sistem iklim."
Lebih lanjut, laporan tersebut juga menyoroti potensi peningkatan frekuensi longsoran salju. Hujan yang jatuh di atas lapisan salju menjadi faktor utama dalam pembentukan longsoran.
Selain itu, air yang terakumulasi dari pencairan gletser juga dapat tiba-tiba terlepas, menyebabkan banjir bandang yang berbahaya di lembah-lembah atau bagi masyarakat yang tinggal di lereng yang lebih rendah. Fenomena lain yang mengkhawatirkan adalah mencairnya permafrost, yang melepaskan gas metana dari tanah pegunungan yang terbuka akibat pencairan gletser.
Sebuah penelitian sebelumnya yang diterbitkan dalam jurnal Nature bulan lalu menemukan bahwa separuh dari massa gletser global berpotensi hilang pada akhir abad ini jika pemanasan global tidak dapat dihentikan secara efektif.
Alex Brisbourne, seorang ahli geofisika gletser di British Antarctic Survey, menyatakan bahwa "gletser pegunungan mengandung beberapa waduk air tawar terbesar di Bumi."
"Air lelehan yang dilepaskan di musim panas menyediakan pasokan air bagi satu miliar orang dan menopang sejumlah besar industri dan pertanian. Dampak [dari pencairan tersebut] akan dirasakan jauh melampaui mereka yang berada tepat di hilir gletser," lanjutnya.
Dampak dari pencairan gletser ini terjadi pada saat banyak sumber pangan di seluruh dunia sudah berada di bawah tekanan yang signifikan. Alvaro Lario, Presiden International Fund for Agricultural Development (IFAD) dan Ketua UN-Water, menyerukan dukungan yang lebih besar bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pegunungan yang terkena dampak.
Beliau menyampaikan bahwa "air mengalir ke bawah, tetapi kerawanan pangan meningkat ke atas. Pegunungan menyediakan 60% air tawar kita, tetapi komunitas yang menjaga sumber daya vital ini termasuk yang paling rawan pangan."
Oleh karena itu, beliau menekankan pentingnya untuk "berinvestasi dalam ketahanan mereka untuk melindungi gletser, sungai, dan masa depan bersama bagi kita semua."