Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi mendalam yang dipimpin oleh kandidat doktor dari Universitas Wollongong (UOW), Brooke Conroy, telah mengungkap rahasia di balik kemampuan lahan basah pesisir dalam menghadapi tantangan kenaikan permukaan air laut.
Diterbitkan dalam jurnal ilmiah Plant and Soil, penelitian ini secara khusus mengamati pertumbuhan akar pada tiga jenis ekosistem utama di lahan basah pesisir, yakni mangrove, rawa garam, dan hutan pasang surut.
Lokasi penelitian ini dipilih dengan cermat di sekitar Teluk Westernport, Victoria, Australia, yang merupakan batas paling selatan dari hutan mangrove di dunia.
Hasil penelitian yang menarik ini menunjukkan bahwa lahan basah pesisir memiliki mekanisme adaptasi yang unik. Melalui pertumbuhan akar yang terus-menerus, ekosistem ini secara alami mampu meningkatkan elevasi tanahnya.
Dengan kata lain, lahan basah pesisir seolah-olah "menaikkan diri sendiri" untuk mengimbangi kenaikan permukaan air laut. Fenomena ini sangat penting karena melindungi garis pantai dari erosi dan abrasi yang semakin intensif akibat perubahan iklim.
Di antara ketiga jenis ekosistem yang diteliti, mangrove terbukti memiliki peran yang paling signifikan dalam proses adaptasi ini.
Pohon mangrove dewasa menyimpan jumlah karbon terbesar dalam sistem akarnya, yang tidak hanya berkontribusi pada peningkatan elevasi tanah tetapi juga berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim.
Karbon yang tersimpan dalam akar mangrove akan tetap terikat dalam tanah dan tidak lepas ke atmosfer, sehingga membantu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca.
"Mangrove, rawa garam, dan hutan pasang surut, yang dikenal sebagai ekosistem 'karbon biru', memiliki kapasitas unik untuk menangkap dan menyimpan karbon dalam struktur vegetasi dan tanah dalam jangka waktu yang lama," kata Ms Conroy, yang melakukan penelitian bersama rekan penulis Dr Jeff Kelleway dan Profesor Kerrylee Rogers, keduanya dari Sekolah Sains UOW.
"Kami ingin memahami kapasitas tanaman lahan basah pesisir untuk menyimpan karbon dan membangun elevasi tanah melalui pertumbuhan akar."
Ketiganya melakukan eksperimen lapangan di lanskap pasang surut dengan mangrove, rawa garam, dan hutan pasang surut di sekitarnya. Mereka menempatkan silinder jaring berisi pasir ke dalam tanah hingga kedalaman satu meter dan kemudian mengambilnya setelah dua tahun.
Baca Juga: Megathrust Bisa Meledak Kapan Saja, Tas Ini Bisa Jadi Penentu Hidup dan Mati Anda
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR