Nationalgeographic.co.id—Apa jadinya jika lahan-lahan yang dianggap tidak produktif dan bahkan seringkali diabaikan, justru menyimpan potensi luar biasa untuk mengatasi krisis iklim global?
Inilah pertanyaan yang coba dijawab oleh para ilmuwan di balik proyek blue carbon di Australia. Dengan memanfaatkan kekuatan alam, mereka telah berhasil mengubah lahan kering yang tandus menjadi ekosistem pesisir yang subur dan produktif.
Bayangkan saja, lahan-lahan yang dulunya hanya dianggap sebagai lahan kosong kini menjadi penyerap karbon yang efektif, rumah bagi beragam biota laut, dan benteng alami yang melindungi garis pantai dari abrasi.
Proses transformasi yang terjadi di proyek ini sungguh menakjubkan. Melalui serangkaian teknik restorasi ekosistem, para ilmuwan berhasil menghidupkan kembali vegetasi pantai seperti mangrove dan lamun.
Tumbuhan-tumbuhan ini memiliki kemampuan unik untuk menyerap karbon dalam jumlah besar dan menyimpannya dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam sedimen.
Hasilnya, tidak hanya emisi gas rumah kaca berkurang, tetapi juga kualitas air laut membaik dan keanekaragaman hayati pesisir meningkat.
Menyulap lahan kering
Sungai Maroochy yang terletak di Sunshine Coast, Australia, kini menjadi saksi bisu sebuah inovasi menarik. Di sepanjang tepiannya, sebuah percobaan blue carbon atau karbon biru sedang berlangsung.
Mereka memanfaatkan pasang surut air laut untuk menciptakan kehidupan baru. Proyek ini, bernama Blue Heart Sunshine Coast, telah memasuki tahap awal di lahan milik Dewan Sunshine Coast di River Road.
Berkat dukungan regulator energi bersih pemerintah federal, proyek ini menjadi yang pertama terdaftar sebagai proyek karbon biru di Australia. Langkah penting ini memungkinkan air pasang mengalir kembali ke tanah, menghidupkan kembali lahan yang sebelumnya dikeringkan.
Apa saja manfaat yang diharapkan dari percobaan ini? Selain berkontribusi pada perbaikan kualitas air Sungai Maroochy dan menyediakan tempat pemijahan bagi ikan, proyek ini juga membuka peluang baru bagi masyarakat untuk menikmati alam.
Baca Juga: Tiongkok Denda Perusak Lingkungan dengan Kredit 'Blue Carbon', Efektifkah?
KOMENTAR