Bahlil Sebut Indonesia Siapkan Gasifikasi Batu Bara, Apa Itu dan Apa Dampaknya?

By Ade S, Selasa, 25 Maret 2025 | 19:03 WIB
Ilustrasi batu bara.
Ilustrasi batu bara. (Freepik.com)

Meskipun demikian, teknologi ini masih dalam tahap pengembangan yang berkelanjutan, dan para peneliti terus berupaya untuk meningkatkan efisiensi dan memperluas aplikasi potensial dari gasifikasi batu bara.

Selain itu, gas hasil gasifikasi batu bara juga berpotensi untuk dikonversi menjadi bahan bakar transportasi sebagai alternatif pengganti bensin pada kendaraan bermotor. Namun, perlu dicatat bahwa efisiensi dari konversi ini saat ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan produksi dan pembakaran bensin yang berasal dari minyak bumi.

Keunggulan Efisiensi dan Dampak Lingkungan yang Perlu Diperhatikan

Salah satu klaim utama mengenai gasifikasi batu bara adalah efisiensinya yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembakaran batu bara konvensional. Keunggulan ini didasarkan pada kemampuan gas batu bara untuk dimanfaatkan secara efektif dalam dua tahap.

Pertama, gas batu bara dibersihkan dari berbagai kotoran dan kemudian dibakar di dalam turbin gas untuk menghasilkan listrik. Selanjutnya, panas buangan yang dihasilkan oleh turbin gas tidak terbuang percuma, melainkan ditangkap dan digunakan untuk menghasilkan uap yang kemudian memutar generator turbin uap.

Proses yang dikenal sebagai siklus gabungan ini memungkinkan pembangkit listrik tenaga gasifikasi batu bara untuk mencapai efisiensi yang signifikan.

Departemen Energi AS memperkirakan bahwa pembangkit yang mengadopsi proses ganda ini berpotensi mencapai tingkat efisiensi sebesar 50 persen atau lebih, sebuah peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga batu bara konvensional yang seringkali hanya mampu mencapai efisiensi sedikit di atas 30 persen.

Meskipun menawarkan potensi efisiensi yang lebih tinggi, gasifikasi batu bara juga menimbulkan sejumlah kekhawatiran terkait dampak lingkungannya. Proses ini berpotensi menghasilkan berbagai emisi berbahaya, termasuk karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan merkuri (Hg).

Selain itu, operasional pembangkit listrik tenaga gasifikasi batu bara memerlukan volume air yang cukup besar, yang dapat memberikan tekanan pada sumber daya air lokal, terutama di daerah yang rentan terhadap kekurangan air.

Dari segi kekurangan lainnya, biaya implementasi dan operasional proses gasifikasi batu bara masih tergolong mahal. Lebih lanjut, proses ini menghasilkan sejumlah besar karbon dioksida, yang merupakan salah satu gas rumah kaca utama penyebab perubahan iklim.

Selain itu, produksi abu sebagai produk sampingan juga menjadi perhatian karena berpotensi mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Terakhir, kebutuhan air yang tinggi dalam proses ini dapat menjadi kendala serius, terutama di wilayah dengan ketersediaan air yang terbatas.