Haenyeo, Kisah Wanita Penyelam Bebas nan Tangguh dari Pulau Jeju

By Sysilia Tanhati, Senin, 14 April 2025 | 16:00 WIB
Meskipun tidak seperti putri duyung dalam mitologi atau dongeng, haenyeo adalah komunitas wanita penyelam bebas wanita di Pulau Jeju.
Meskipun tidak seperti putri duyung dalam mitologi atau dongeng, haenyeo adalah komunitas wanita penyelam bebas wanita di Pulau Jeju. (Wikipedia )

Nationalgeographic.co.id—Sebagian anak perempuan mungkin pernah berandai-andai menjadi putri duyung. Mereka berfantasi tentang kehidupan di lautan dan bagaimana rasanya berenang di dunia bawah laut mereka.

Namun tahukah Anda bahwa “putri duyung” ada di Pulau Jeju, di lepas pantai selatan Korea Selatan? Meskipun tidak seperti putri duyung dalam mitologi atau dongeng, mereka adalah komunitas wanita penyelam bebas yang disebut haenyeo—wanita laut.

Haenyeo berdoa kepada Jamsugut, dewi laut, sebelum setiap penyelaman. Melalui ritual perdukunan berupa lagu dan tarian, mereka memohon keselamatan saat menyelam dan tangkapan yang melimpah. Haenyeo adalah komunitas penyelam bebas wanita yang tinggal dan bekerja di Jeju. Karena para wanita muda memilih jalur karier yang berbeda, para haenyeo kini sebagian besar terdiri dari wanita yang lebih tua. Banyak di antaranya yang sudah memasuki usia senja.

Mereka menyelam hingga kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanpa bantuan tabung udara atau peralatan selam modern. Saat menyelam, haenyoe bahkan tampak tidak menyadari air yang dingin dan angin laut yang sejuk. “Sebaliknya, mereka tampak menikmati diri mereka sendiri dan tawa mereka menular ke semua orang di pantai,” tulis Sarah Fuchs di laman Kyoto Journal.

Kisah ibu laut yang saling mendukung di Pulau Jeju

Catatan pertama tentang haenyeo berasal dari tahun 1629. Selama 350 tahun mereka biasa menyelam dengan mengenakan pakaian katun yang disebut mulsojungi. Baru pada tahun 1970-an, haenyeo mulai mengenakan pakaian selam karet seperti yang mereka kenakan saat ini.

Selama penyelaman, mereka mengumpulkan kerang, abalon dan bulu babi, rumput laut, dan makhluk laut lainnya untuk dijual sebagai makanan. Saat mengumpulkan buruannya, mereka menggunakan pisau atau bahkan tangan kosong.

Musim menyelam di Jeju pendek; para wanita hanya menyelam sekitar 90 hari dalam setahun. Mereka menyelam ke bawah permukaan selama beberapa menit, menempel pada pelampung oranye di permukaan. Mereka kemudian mengeluarkan suara siulan saat muncul kembali ke permukaan untuk memberi tahu keberadaan mereka kepada penyelam lain.

Haenyeo adalah teman seumur hidup. Mereka membagi hasil tangkapan secara merata. Selain itu, para haenyeo juga saling mendukung melalui tantangan hidup seperti kehamilan, penyakit, dan krisis apa pun. (Wikipedia)

Dikenal sebagai “ibu laut” dan “prajurit melawan laut”, haenyeo secara tradisional dikategorikan menurut tiga tingkat pengalaman. Pertama adalah sanggun, yang paling berpengalaman. Kemudian diikuti oleh hagun dan junggun. Penyelam yang lebih ahli menawarkan bimbingan mereka kepada yang lain. Mereka mengajarkan teknik pernapasan penting kepada penyelam yang lebih muda, yang disebut sumbisori.

Haenyeo adalah teman seumur hidup. Mereka membagi hasil tangkapan secara merata. Selain itu, para haenyeo juga saling mendukung melalui tantangan hidup seperti kehamilan, penyakit, dan krisis apa pun.

Baca Juga: Kim Sisters, Grup K-Pop yang Mendunia dalam Sejarah Musik Korea