Muntahan dan Tahi Dinosaurus Ungkap Bagaimana Mereka Menguasai Bumi

By Ricky Jenihansen, Senin, 5 Mei 2025 | 08:00 WIB
Merekonstruksi jaringan makanan prasejarah menawarkan wawasan baru tentang kebangkitan dinosaurus menuju dominasi global.
Merekonstruksi jaringan makanan prasejarah menawarkan wawasan baru tentang kebangkitan dinosaurus menuju dominasi global. (Uppsala University)

Nationalgeographic.co.id—Para ilmuwan telah membuat terobosan penting dalam memahami bagaimana dinosaurus bisa mendominasi Bumi—berkat penelitian terhadap muntahan dan kotoran mereka.

Temuan ini dipublikasikan di jurnal Nature, yang  memberikan wawasan baru tentang pola makan para raksasa prasejarah ini. Judul kajiannya, Digestive contents and food webs record the advent of dinosaur supremacy. Martin Qvarnström, ahli biologi dari Department of Organismal Biology, Uppsala University di Swedia, sebagai peneliti utama. Ia menjelaskan bahwa dinosaurus pertama kali berevolusi pada pertengahan periode Trias.

Namun, ekosistem darat yang benar-benar didominasi oleh dinosaurus dari berbagai tingkat trofik dan kelompok taksonomi—sebuah struktur yang kemudian bertahan hingga kepunahan massal di akhir periode Kapur—baru muncul sekitar 30 juta tahun kemudian, tepatnya pada awal periode Jura.

Selama masa transisi tersebut, banyak tetrapoda non-dinosaurus mengalami kepunahan. Peristiwa ini menyebabkan kebangkitan dinosaurus dianggap sebagai salah satu contoh paling klasik dari penggantian biotik makroevolusioner—yaitu ketika satu kelompok organisme secara bertahap menggantikan dominasi kelompok lainnya dalam skala waktu evolusi yang luas.

Hingga saat ini, para ilmuwan masih berdebat mengenai seberapa besar dampak kepunahan massal di akhir periode Trias terhadap keberhasilan evolusi dinosaurus. Kini, temuan-temuan baru serta penanggalan kronostratigrafi yang lebih akurat telah membantu memperbaiki pemahaman kita tentang pola evolusi tetrapoda pada awal zaman Mesozoikum. Meskipun demikian, belum ada satu pun hipotesis tunggal yang mampu menjelaskan secara menyeluruh bagaimana dinosaurus bisa bangkit dan menguasai daratan.

Hasil penelitian fosil muntahan dan kotoran dinosaurus, akhirnya terungkap petunjuk tentang bagaimana mereka mampu menyingkirkan para pesaingnya. “Pola makan dan ekologi adalah faktor penting yang membentuk evolusi hewan, baik di masa kini maupun di masa lalu,” kata Martin Qvarnström, ahli biologi evolusi dari Uppsala University, Swedia, yang juga merupakan salah satu penulis studi ini, dalam email kepada Live Science.

“Analisis tulang saja tidak cukup jika kita ingin memahami bagaimana dinosaurus bisa bangkit dan mendominasi.”

Jejak pertama dinosaurus dalam catatan fosil muncul pada pertengahan periode Trias (sekitar 247 hingga 237 juta tahun lalu). Namun, butuh waktu hingga 40 juta tahun kemudian—yakni pada awal periode Jura—sebelum mereka benar-benar menguasai dunia.

Dalam kurun waktu ini, dinosaurus berhasil menggantikan banyak hewan darat besar lainnya. Akan tetapi, bagaimana tepatnya mereka melakukannya, masih menjadi teka-teki. Untuk mencari tahu, tim peneliti menganalisis lebih dari 500 fosil dari Cekungan Polandia, yang berasal dari akhir periode Trias hingga awal periode Jura.

Namun, fokus mereka bukan pada tulang dinosaurus, melainkan pada muntahan dan kotoran yang telah menjadi fosil—masing-masing dikenal sebagai regurgitalite (fosil muntahan) dan coprolite (fosil muntahan). Menurut Qvarnström, fosil-fosil ini bisa memberikan informasi penting tentang pola makan, cara makan, fisiologi, bahkan parasit yang dimiliki makhluk tersebut.

Fosil-fosil ini juga memungkinkan para ilmuwan membandingkan pola makan dinosaurus dengan hewan lain pada periode yang sama, serta melacak bagaimana kebiasaan makan mereka berubah dari waktu ke waktu.

Baca Juga: Tahi Dinosaurus: Seonggok Rahasia Besar Gambaran Kehidupan Purba

Qvarnström mengungkapkan sangat antusias dengan beragam jenis makanan yang ditemukan dalam fosil tersebut. “Kami menemukan segalanya, mulai dari kumbang kecil, ikan yang hampir utuh, tulang, gigi, hingga sisa-sisa tumbuhan,” katanya.

Fosil muntahan ternyata menyimpan temuan yang paling menarik, ujar Grzegorz Niedźwiedzki, paleontolog dari Uppsala University dan rekan penulis studi ini. “Kami menemukan bagian tengkorak amfibi temnospondil (makhluk prasejarah mirip kodok raksasa),” kata Niedźwiedzki dalam email kepada Live Science.

“Tak ada yang menyangka makhluk sebesar itu bisa menjadi mangsa. Tengkoraknya sangat besar dan keras, sampai-sampai bisa mematahkan gigi predator.”

Dalam fosil muntahan lainnya, ditemukan tulang-tulang buaya kecil. Dengan menggabungkan temuan ini dengan data iklim dan tumbuhan purba, tim peneliti berhasil merekonstruksi jaring makanan zaman prasejarah dan melihat bagaimana pola makan hewan-hewan tersebut berubah seiring waktu.

Salah satu ciri khas dinosaurus adalah keragaman makanannya—mereka memakan berbagai jenis makanan, yang membantu mereka beradaptasi dalam lingkungan yang terus berubah. Sifat ini membuat mereka lebih unggul dibanding pesaing yang pola makannya lebih terbatas, terutama di masa-masa sulit.

Karena tidak pilih-pilih makanan, dinosaurus herbivor juga kemungkinan mampu tumbuh lebih besar. Ini pada gilirannya mendukung evolusi dinosaurus karnivor raksasa.

Lawrence Tanner, profesor sistem ilmu lingkungan di Le Moyne College, New York, yang menulis komentar pendamping untuk studi ini, menambahkan bahwa hasil rekonstruksi ini menunjukkan bahwa dominasi dinosaurus berlangsung secara bertahap selama akhir periode Trias—bukan akibat satu bencana tunggal.

Para peneliti berharap bisa memperluas studi ini ke wilayah lain di dunia untuk mengonfirmasi temuan mereka dan mempelajari lebih jauh tentang pola makan dinosaurus. “Masih banyak yang perlu digali,” kata Niedźwiedzki.