Setengah Abad Usai Perang, Warga Negara Ini Masih Saja Dihantui oleh Ladang Bom yang Mematikan

By Tatik Ariyani, Jumat, 16 Mei 2025 | 14:00 WIB
(Ilustrasi) UXO (Unexploded Ordnance) berarti persenjataan yang belum meledak
(Ilustrasi) UXO (Unexploded Ordnance) berarti persenjataan yang belum meledak ()

Lai dan sepupunya hanyalah sedikit dari banyak korban UXO. Sejak 1975, bahan peledak ini telah menyebabkan sekitar 100.000 korban jiwa, termasuk 40.000 kematian, menurut Vietnam National Mine Action Center.

Dikutip ABC News, Lai mengatakan, "Perang telah berakhir bertahun-tahun lalu, tetapi bom dan ranjau yang tersisa dari perang itu masih menjadi ancaman yang tak kunjung hilang."

Pembersihan UXO

Meskipun pemerintah Vietnam telah berinvestasi selama puluhan tahun dengan bantuan AS dan Australia, organisasi nirlaba dan masyarakat, membersihkan negara itu dari persenjataan yang belum meledak terbukti hampir mustahil. Hal itu sebagian disebabkan oleh besarnya skala tugas.

Pihak berwenang Vietnam memperkirakan 18 persen wilayah negara itu terkontaminasi, angka yang hanya menurun 1 persen dalam dekade terakhir.

Program pendidikan risiko, khususnya yang menyasar anak-anak, petani, dan mereka yang menjual besi tua, telah membantu mengurangi jumlah kematian dan cedera.

Pembersihan bahan peledak sering kali memerlukan koordinasi yang kuat antara pemerintah, lembaga nirlaba, dan masyarakat lokal. Pembersihan utamanya dilakukan di area prioritas seperti tempat orang beraktivitas dan tempat orang tinggal.

Ketika bahan peledak ditemukan, sebagian dikirim ke depot regional untuk dibuang. Yang lainnya sangat mudah meledak sehingga diledakkan di lokasi.

Orang-orang yang berdedikasi pada tujuan pembersihan bom tahu bahwa mungkin mustahil untuk menemukan setiap bahan peledak yang bersembunyi di atas atau di bawah permukaan.

Namun teknik baru, termasuk citra satelit, pelaporan ponsel, dan kampanye pendidikan media sosial membantu mengurangi ancaman tersebut.

---Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News   https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.