Mahawan juga mewanti-wanti bahwa saat ini masyarakat global menghadapi tantangan krisis Bumi yang disebut dengan Triple Planetary Crisis, yaitu perubahan iklim, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati termasuk degradasi alam. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dan negara megadiversitas turut menghadapi tantangan besar ini.
A.R. Septiana dalam kajiannya untuk IOP Conference Series pada 2024 yang berjudul Implementation of WISE (Wonderful Indonesia Sustainable Tourism) Trips – A Journey Towards Low Carbon Geotourism Activities in Raja Ampat Geopark, mengungkapkan potensi wisata kawasan.
Wilayah Raja Ampat, ungkap Septiana, menarik rata-rata 35.000 wisatawan setiap tahun. Puncaknya adalah 46.375 pengunjung pada 2019—sebesar 52 persen di antaranya wisatawan mancanegara. Akibat pandemi, pertumbuhannya turun lebih dari 90 persen. Namun, pada 2023, sektor ini mulai bangkit, dengan 20.273 kunjungan—sebesar 82 persen di antaranya adalah wisatawan mancanegara.

Jantung ekologi laut dunia
Douglas Fenner melakukan kajian bertajuk "The Ecology of Papuan Coral Reefs" dalam buku The Ecology of Papua. Ia menegaskan, "Data terkini yang paling dapat diandalkan menunjukkan bahwa Papua berada di wilayah dengan keanekaragaman terumbu karang tertinggi, namun keanekaragaman tersebut mulai menurun ke arah timur dari Papua."
Fenner mencoba menjelaskan kemungkinan alasan begitu kayanya keanekaragaman hayati di perairan Segitiga Terumbu Karang, yang ia narasikan dalam beberapa sudut pandang.
Pertama, kawasan ini merupakan pusat terbentuknya spesies baru. Artinya, wilayah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dianggap sebagai tempat di mana spesies baru berevolusi dan muncul lebih sering dibandingkan daerah dengan keanekaragaman rendah.
Kedua, suhu yang relatif stabil sehingga tingkat kepunahan kawasan ini lebih rendah. Selama zaman es, misalnya, wilayah Segitiga Terumbu Karang kemungkinan mengalami penurunan suhu permukaan laut yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kawasan Pasifik lainnya. Akibatnya, lebih banyak spesies bertahan di kawasan ini.
Ketiga, arus laut tropis Pasifik membawa spesies baru ke kawasan ini. Arus di Pasifik tropis mengalir ke arah barat, membawa spesies baru bersamanya dan menyebabkan akumulasi spesies di wilayah Segitiga Terumbu Karang.
Baca Juga: Nelayan Berlatih Mendata dan Mengidentifikasi Spesies Ikan Raja Ampat