Pertaruhan Raja Ampat dan Sesal-Sesal Kehilangan

By Mahandis Yoanata Thamrin, Sabtu, 7 Juni 2025 | 08:00 WIB
Memudarnya warna terumbu karang. Pada satu hingga tiga meter di bawah laut, karang yang memutih terlihat dari pemukiman terdekat. Karang ini terletak di pulau Yensawai Barat, Kepulauan Rajaampat, Papua Barat, Indonesia. Kepulauan Raja Ampat memiliki kekayaan sebagai lumbung ikan, geologi, dan masyarakat adat yang menjaganya. Bagaimana apabila kepulauan ini hilang? Apa saja kerugian kita?
Memudarnya warna terumbu karang. Pada satu hingga tiga meter di bawah laut, karang yang memutih terlihat dari pemukiman terdekat. Karang ini terletak di pulau Yensawai Barat, Kepulauan Rajaampat, Papua Barat, Indonesia. Kepulauan Raja Ampat memiliki kekayaan sebagai lumbung ikan, geologi, dan masyarakat adat yang menjaganya. Bagaimana apabila kepulauan ini hilang? Apa saja kerugian kita? (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Mahawan juga mewanti-wanti bahwa saat ini masyarakat global menghadapi tantangan krisis Bumi yang disebut dengan Triple Planetary Crisis, yaitu perubahan iklim, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati termasuk degradasi alam. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dan negara megadiversitas turut menghadapi tantangan besar ini.

A.R. Septiana dalam kajiannya untuk IOP Conference Series pada 2024 yang berjudul Implementation of WISE (Wonderful Indonesia Sustainable Tourism) Trips – A Journey Towards Low Carbon Geotourism Activities in Raja Ampat Geopark, mengungkapkan potensi wisata kawasan.

Wilayah Raja Ampat, ungkap Septiana, menarik rata-rata 35.000 wisatawan setiap tahun. Puncaknya adalah 46.375 pengunjung pada 2019—sebesar 52 persen di antaranya wisatawan mancanegara. Akibat pandemi, pertumbuhannya turun lebih dari 90 persen. Namun, pada 2023, sektor ini mulai bangkit, dengan 20.273 kunjungan—sebesar 82 persen di antaranya adalah wisatawan mancanegara.

Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) adalah kawasan berbentuk segitiga yang terletak di perairan tropis sekitar Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste. Kawasan di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia ini memiliki setidaknya 500 spesies karang pembentuk terumbu di setiap ekoregion. Perairan Papua, khususnya bentang Laut Kepala Burung merupakan jantung Segitiga Terumbu Karang.
Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) adalah kawasan berbentuk segitiga yang terletak di perairan tropis sekitar Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste. Kawasan di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia ini memiliki setidaknya 500 spesies karang pembentuk terumbu di setiap ekoregion. Perairan Papua, khususnya bentang Laut Kepala Burung merupakan jantung Segitiga Terumbu Karang. (Wikimedia Commons)

Jantung ekologi laut dunia

Douglas Fenner melakukan kajian bertajuk "The Ecology of Papuan Coral Reefs" dalam buku The Ecology of Papua. Ia menegaskan, "Data terkini yang paling dapat diandalkan menunjukkan bahwa Papua berada di wilayah dengan keanekaragaman terumbu karang tertinggi, namun keanekaragaman tersebut mulai menurun ke arah timur dari Papua."

Fenner​ mencoba menjelaskan kemungkinan alasan begitu kayanya keanekaragaman hayati di perairan Segitiga Terumbu Karang, yang ia narasikan dalam beberapa sudut pandang.

Pertama, kawasan ini merupakan pusat terbentuknya spesies baru. Artinya, wilayah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dianggap sebagai tempat di mana spesies baru berevolusi dan muncul lebih sering dibandingkan daerah dengan keanekaragaman rendah. 

Warga Rajaampat sudah biasa hidup bersama pari manta dan tidak pernah menangkapnya. Kearifan lokal konservasi yang telah hidup secara turun-temurun. (Donny Fernando)

Kedua, suhu yang relatif stabil sehingga tingkat kepunahan kawasan ini lebih rendah. Selama zaman es, misalnya, wilayah Segitiga Terumbu Karang kemungkinan mengalami penurunan suhu permukaan laut yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kawasan Pasifik lainnya. Akibatnya, lebih banyak spesies bertahan di kawasan ini.

Ketiga, arus laut tropis Pasifik membawa spesies baru ke kawasan ini. Arus di Pasifik tropis mengalir ke arah barat, membawa spesies baru bersamanya dan menyebabkan akumulasi spesies di wilayah Segitiga Terumbu Karang.

Baca Juga: Nelayan Berlatih Mendata dan Mengidentifikasi Spesies Ikan Raja Ampat