Tikus tersebut merupakan satu dari tiga spesies mamalia endemik G. Mantalingahan, yang artinya, mereka hidup secara eksklusif di wilayah geografis sempit tersebut. Dua spesies mamalia lainnya adalah tupai montana Palawan (Sundasciurus rabori) dan tikus gunung berbulu lembut Palawan (Palawanomys furvus).
Keberadaan tikus lumut Palawan ibarat potongan teka-teki yang bahkan ilmuwan tak tahu bahwa itu ada. Sebab, spesies tersebut mendahului habitatnya. Kawasan tersebut sangat aktif secara geologis, dan G. Mantalingahan tidak naik di atas permukaan laut sampai setidaknya lima juta tahun lalu. Karena itu, hewan tersebut pasti tidak berevolusi di lereng gunung.
Baca juga:
Peneliti Temukan ‘Cumi Bengkok’ di Teluk Meksiko
Jadi dari mana mereka berasal?
“Perkiraan terbaik saat ini adalah mereka datang dari Pulau Kalimantan,” kata Heaney.
Banyak hewan di Pulau Palawan yang berasal dari Kalimantan, pulau besar terdekat. Para peneliti menduga, dulu sekali mungkin pernah ada jembatan darat di antara kedua pulau tersebut saat permukaan laut lebih rendah.
Tikus tersebut kemungkinan perlu hidup di elevasi tinggi untuk bertahan hidup dalam kondisi iklim hari ini. Tapi mungkin pada beberapa waktu sebelumnya, kondisi iklim sedemikian rupa sehingga hewan kecil tersebut memiliki lebih banyak peluang untuk menjelajah, jelas Heaney.
Satu-satunya masalah adalah, tidak ada seorangpun yang pernah menemukan kerabat dekat tikus lumut Palawan di Pulau Kalimantan. Saat ini, salah satu rekan penulis studi, Jacob Esselstyn, ahli biologi Lousiana State University, tengah melakukan kerja lapangan di Kalimantan untuk mencari tikus yang mungkin berkerabat dengan tikus lumut Palawan.