"Milky Way Blues" , Perkawinan Musik Jazz dengan Galaksi Bima Sakti

By Citra Anastasia, Jumat, 11 Mei 2018 | 10:00 WIB
Astronom Mark Heyer bersama karya musik dari data pengamatan Bima Sakti. ()

"Sekian lama saya selalu mengulik data namun belum pernah mengubahnya menjadi sesuatu yang terdengar indah. Ternyata, dengan mengubah data menjadi musik dapat menghasilkan nada-nada yang akrab di telinga," sambungnya. Astronom yang juga pecinta musik itu mengaku melakukannya untuk bersenang-senang.

Tak disangka, ide sejak 25 tahun lalu akhirnya bisa tercipta. "Beberapa tahun lalu saudara saya yang seorang musisi amatir menceritakan tentang perangkat lunak komposer yang dapat menciptakan musik dari data yang dibuat dengan algoritma. Hal inilah yang saya gunakan untuk menciptkan musik dari data astronom," ucapnya.

Baca juga : Astronom Amatir Temukan Kembali Satelit NASA yang Hilang Selama 13 Tahun

Proses pembuatan musik Heyer mengumpulkan data yang dibuat selama 20 tahun terakhir oleh survei teleskop radio galaksi. Area penelitiannya adalah studi gas molekuler dalam galaksi.

Ia memberi pitch, panjang nada seperti not seperempat dan delapan, berdasarkan kecepatan gas dan intensitas yang diukur. Dua dari empat instrumen yang terdengar dalam Milky Way Blues, Heyer memusatkan pada tiga fase gas galaksi, yakni gas molekul, gas atom, dan gas terionisasi.

Untuk menandai gas molekuler, Heyer menggunakan piano.Sementara saxophone untuk memainkan bagian gas terionisasi dan bass akustik untuk memainkan gas atom.

Heyer menjelaskan, setiap nada dan lingkaran yang terlihat dalam video di bawah ini menunjukkan pergerakan gas Bima Sakti.

Warna biru dan nada tinggi untuk gas yang datang ke bumi, sedang warna merah dengan nada rendah menandakan gas yang bergerak menjauhi bumi. Instrumen ditampilkannya sebagai perbatasan warna berbeda pada lingkaran.

Baca juga : Pertama Kalinya, Ilmuwan Temukan Helium di Planet Luar Tata Surya

"Setiap pengamatan diwakili oleh garis yang menunjukkan di mana teleskop berada dan posisi lingkaran sepanjang garis menunjukkan lokasi gas dalam galaksi memainkan nada," ucapnya.

Intensitas emisi yang berasal dari gas memiliki nada yang lebih panjang, hal ini ditunjukkan dengan lingkaran yang lebih besar. "Semua yang kita dengar dalam Milky Way Blues menggambarkan gerakan gas saat mengorbit di sekitar pusat galaksi kita," jelasnya.

Sebagai catatan, Heyer mengajak rekan seprofesinya, Greg Salvesen dari Universitas California, Santa Barbara untuk menambah elemen visual dalam karyanya, dan ada Greg Brooks, musisi amatir di Amherst untuk membantu tahap awal musiknya.

Heyer percaya dia bukanlah astronom pertama yang bermain-main dengan konsep musik dapat ditemukan dalam semua elemen alam semesta.

Contohnya ada Johannes Kepler yang 400 tahun lalu menulis Harmonies of the World yang menggambarkan orbit elips planet di sekitar matahari. "Hal yang saya lakukan ini adalah cara keren untuk menghargai astronomi dan musik," tutupnya.Artikel ini telah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber.