Euforia "bulan berdarah" pernah terjadi pada akhir Januari lalu. Masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan foto satelit Bumi saat dalam bentuk bulat sempurna dan berwarna merah. Berbagai tempat pun dijadikan sebagai lokasi hunting si Super Blue Blood Moon ini.
Baca juga: Perjuangan Orang Kokos Mendapat Pengakuan Sebagai Suku Asli Australia
Bulan yang biasanya berwarna putih keabuan, akan berubah menjadi merah. Fenomena ini terjadi saat Bulan berada pada puncak peristiwa gerhana Bulan total.
Warna merah yang tampak pada Bulan sebenarnya juga berasal dari cahaya Matahari. Walau mengalami gerhana total, Bulan tidak akan terlihat gelap gulita.
Ketika cahaya Matahari masuk ke Bumi dan melewati atmosfer, cahaya dengan frekuensi tinggi (hijau, biru, dan ungu) akan dengan mudah dibiaskan oleh molekul atmosfer—hal inilah yang menciptakan warna biru pada langit saat siang hari.
Sementara cahaya dengan frekuensi rendah, seperti cahaya kuning, oranye, dan merah akan dengan mudah menembus atmosfer Bumi. Cahaya ini akan "jatuh" lurus memasuki Bumi. Arah jatuh cahaya dan peran sedikit pembiasan akan mengubah arah cahaya frekuensi rendah ini ke arah umbra Bumi—bayangan inti yang berada di bagian tengah sangat gelap pada saat terjadi gerhana.
Baca juga: NASA Ungkap Rencananya Lindungi Bumi dari Asteroid Mematikan
Bulan yang sedang berada di area umbra ini kemudian akan nampak kemerahan akibat cahaya frekuensi rendah Matahari yang dipantulkan tersebut.
Sayangnya, sebagian besar wilayah Indonesia saat itu diselimuti awan tebal, sehingga fenomena alam ini tidak dapat diabadikan dengan baik.
Bagi masyarakat yang tidak sempat menyaksikan atau mengabadikannya, kejadian serupa akan terjadi pada tanggal 28 Juli. Proses gerhana bulan total ini sendiri akan mulai terjadi pada pukul 00.14 WIB.
Keseluruhan proses gerhana diperkirakan akan terjadi selama 6 jam 13 menit dengan durasi puncak gerhana selama 1 jam 43 menit, yang berarti 40 menit lebih lama dari blood moon sebelumnya. Dengan durasi yang panjang ini, maka fenomena alam pada bulan Juli besok akan menjadi gerhana bulan total terlama sejak 18 tahun lalu.
Walau proses gerhana berjalan dengan durasi yang lama, namun sebagian wilayah Indonesia tidak dapat mengamati keseluruhan proses gerhana karena Bulan akan terbenam dalam keadaan gerhana. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)
Baca juga: Diduga, Pantai Terpencil Australia Dipenuhi Sampah dari Indonesia