Terisolasi di Dalam Gua, Buaya Afrika Ini Memiliki Warna Oranye

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 29 Juni 2018 | 10:46 WIB
Buaya oranye yang ditemukan di Gabon, Afrika. (Olivier Testa)

Gabon, sebuah negara di Afrika bagian barat, memang terkenal akan keanekaragaman hayatinya. Namun, ada satu spesies di sana yang menjadi penemuan paling spektakuler bagi peneliti: yakni, buaya oranye.

Satu dekade lalu, saat sedang mencari jejak kehidupan manusia purba di gua Abanda, di wilayah Omboue, Gabon Selatan, para peneliti tanpa sengaja menemukan reptil unik ini.

“Ketika menyalakan obor di dalam gua, saya melihat mata merah….itu milik buaya!”, cerita Richard Oslisly, geo-arkeolog, saat pertama kali bertemu buaya oranye Gabon.

“Awalnya, saya pikir, warna oranye di tubuh buaya berasal dari makanannya. Sebab, kami melihat bagaimana ia memakan kelelawar oranye,” katanya.

Baca juga: Ratusan Burung Mengalami Luka Setelah Terkena Tumpahan Minyak

Para ilmuwan ‘membuang’ teori-teori lain sebelum akhirnya mendapat hipotesis bahwa kurangnya cahaya di gua terisolasi tersebut mungkin telah menyebabkan depigmentasi. Urea kotoran kelelawar yang berada dalam gua juga memunculkan warna oranye pada buaya.

Di bawah teori ini, “kotoran kelelawar mulai menyerang kulit buaya dan mengubah warnanya,” kata Olivier Testa, ahli speleologi (ilmu yang mempelajari gua) yang juga terlibat dalam penelitian ini.

Buaya kerdil (Osteolaemus tetraspis) termasuk spesies yang dipelajari dengan baik. Namun, yang ditemukan dalam gua Abanda lebih menonjol dari yang lainnya – termasuk cara mereka beradaptasi dengan habitatnya.

Oslisly, Testa, dan peneliti Amerika lain, Matthew Shirley, telah melakukan banyak ekspedisi untuk mempelajari hewan tak biasa yang bisa tumbuh hingga 1,7 meter ini.

“Kami pikir, buaya ini telah berada di gua Abanda selama tiga ribu tahun, yang mana berkaitan dengan waktu ketika permukaan laut turun dan zona pesisir ini menjadi daratan lagi,” papar Shirley.

Buaya oranye ini bisa tumbuh hingga 1,7 meter. (Olivier Testa)

Saat memetakan kompleks gua, para peneliti menemukan empat spesimen berwarna oranye di antara 40 buaya.

Buaya dengan warna normal yang mereka temukan, tinggal di wilayah gua yang berhubungan dengan permukaan. Sementara, buaya oranye, hidup di area gua yang saat ini hanya dapat diakses melalui poros vertikal.

Satu kemungkinan mengapa buaya oranye bisa masuk ke habitat mereka saat ini adalah melalui celah sempit – tetapi mereka terjebak di sana dan tidak dapat kembali ke wilayah gua yang dekat permukaan. Akhirnya, warna kulit mereka berubah sebagai respons dari tinja kelelawar yang menumpuk.

Dalam kegelapan total, hewan ini bertahan hidup dengan memakan kelelawar dan jangkrik. Ini berbeda dengan buaya di permukaan yang mengonsumsi ikan dan krustasea. Namun, hasil perbandingan buaya dalam gua dengan yang di permukaan menegaskan bahwa mereka adalah spesies yang sama.

Baca juga: Zsa Zsa, Anjing yang Mendapat Rekor Wajah Paling Jelek Sedunia

Meskipun begitu, buaya-buaya di gua Abanda –yang berwarna normal atau oranye – telah berkembang dengan ‘tanda genetik’ tertentu yang merupakan hasil adaptasi dengan kehidupan bawah tanah. Dan ini diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya.

Buaya-buaya tersebut telah menjadi spesies dilindungi di Gabon. Namun, Oslisly ingin agar situs Abanda menjadi ‘tempat perlindungan seutuhnya’.

“Ada banyak hal yang bisa dipelajari di gua Abanda,” pungkas Oslisly.