Surat-surat Einstein yang Berisi Kisah Pelariannya dari Nazi Terungkap

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 29 Juni 2018 | 15:07 WIB
Albert Einstein (Oren Jack Turner/Wikimedia Commons)

Surat-surat Albert Einstein yang ditulisnya ketika Nazi berkuasa dan melancarkan Holocaust, terungkap sebelum dilelang pada Kamis (28/6). Surat pertama dibuat ketika Einstein menanggalkan kewarganegaraan Jerman-nya pada 28 Maret 1933. Ia mengatakan, akan segera menemukan tempat persembunyian bersama istrinya, Elsa.

Pada saat itu, pasangan suami istri ini, baru kembali dari Amerika Serikat, menuju rumah musim panas mereka di Caputh, Jerman. Namun, sebelum sampai di sana, Einstein dan Elsa mengetahui bahwa Nazi telah menggeledah properti mereka.

Einstein berasal dari keluarga Yahudi Ashkenasi, yang tentu saja menjadi target nyata Nazi.

Baca juga: Sebelum Era Trump dan Jong Un, AS-Korut Pernah Bernegosiasi Soal Nuklir Pada 1994

Kala itu, Adolf Hitler sudah menjadi kanselir Jerman dan melancarkan propagandanya pada orang-orang Yahudi. Ia bahkan menyebarkan foto Einstein dengan keterangan “belum digantung”. Nazi berjanji memberikan hadiah lima ribu dollar AS bagi siapa pun yang bisa membawa kepala Einstein untuk mereka.

“Berdasarkan hal itulah akhirnya Einstein memutuskan menyerahkan paspor Jermannya dan mencari tempat sembunyi yang aman untuk bertahan hidup,” kata Michael Kirk, juru lelang.

Potongan surat Einstein yang mengungkap pelariannya dari Nazi. (Nate D. Sanders Auctions)

Suratnya, dimulai oleh Elsa dan diselesaikan oleh Einstein. Itu ditulis di atas kapal SS Belgenland dan ditujukan kepada saudara perempuan Einstein, Maja Winteler-Einstein.

Beberapa menit kemudian, kapal akan segera berlabuh di Antwerp, Belgia, di mana Einstein akan turun dan melakukan perjalanan ke Brussel untuk melepaskan kewarganegaraan Jerman-nya.

Tulisan Elsa menggambarkan ketakutannya bahwa penolakan Einstein terhadap Nazi akan menempatkan anak-anak mereka dalam bahaya.

“Maja – anak-anak ini sangat menderita karena wawancara mengerikan dan bodoh yang Albert lakukan di New York. Itu semua melawan kehendakku! Aku telah memohon kepadanya, dengan berlutut. Itu semua sia-sia! Maja, kehidupan sangat sulit dan menyeramkan. Pokoknya, jangan pernah menulis tentang politik kepada anak-anak, tidak juga wawancara Albert. Ya Tuhan, semua teman kami telah melarikan diri atau mereka dipenjara.”

Surat berlanjut, kali ini berbicara tentang penindasan politik yang terjadi saat itu:

“Surat kabar disensor. Kamu tidak akan bisa menemukan apa pun. Maja, zaman apa yang sedang kita tinggali! Selama beberapa hari, saya sangat sedih dan sakit berlarut-larut. Kami akan sampai di Antwerp dalam sepuluh menit. Aku harap bisa berlindung di sudut tenang. Bahkan, aku juga takut ketika akan mendarat! Ya tuhan!”

Setelah itu, Einstein mengambil alih surat dari istrinya. Ia tampak lebih tenang dan menerima nasib mereka. Einstein mengakhiri suratnya dengan kalimat pasti: