“Ketika melantunkan doa, tubuh kita diselimuti dengan kekuatan tak terlihat, energi halus yang memberi kita perlindungan,” katanya kepada AFP di pusat pelatihan debus di Bandung.
Selain menelan paku, pemain debus lainnya juga meletakkan bor listrik di dalam mulutnya. Sementara yang lainnya berjalan pada bambu duri sebelum berguling di atasnya.
Para penonton tidak yakin harus memfoto pertunjukkan tersebut atau mengalihkan pandangan.
“Saya merinding. Itu sangat ekstrem.,” ujar Rohana Rosdiani, penonton debus berusia 37 tahun.
“Mereka memakan paku dan mengebor perut seolah-olah sedang membangun rumah. Saya bisa membayangkan betapa sakitnya itu saat mengenai kulit, apalagi mereka menusuknya berkali-kali,” tambahnya.
Menarik minat
Pemerintah provinsi Banten sedang mencoba menghidupkan kembali minat masyarakat pada tradisi yang sudah memudar ini.
Tahun lalu, Banten berhasil menyelenggarakan acara dengan partisipasi dari lima ribu pemain debus. Namun, masa depan debus tidak terjamin. Bayaran yang buruk menghalangi orang-orang memilih profesi ini.
“Petarung yang ada saat ini bertahan karena passion. Anda tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup hanya dari debus,” kata Afandi.
Baca juga: Di Desa Kecil Ini, Buaya Dianggap Seperti Leluhur Manusia
Beberapa ulama muslim mengatakan bahwa tradisi ini haram dan dilarang agama karena percaya pada kekuatan supranatural.
Beberapa pemain debus pernah mengalami luka parah. Tahun lalu, sekelompok pria harus dirawat di rumah sakit setelah mereka mencuci tangannya dengan air keras. Aksi itu dilakukan karena mengikuti perintah ahli debus yang ingin menunjukkan bahwa tangan pemain akan kebal terhadap cairan tersebut.
Afandi menekankan, para pemain debus harus memiliki keyakinan kuat kepada Tuhan. “Semakin kita percaya pada Tuhan, semakin kuat energinya. Energi akan berubah menjadi hal buruk jika seseoran ragu-ragu,” pungkasnya.