Arkeolog Ungkap Rahasia Bagaimana Piramida Bisa Sangat Presisi

By National Geographic Indonesia, Kamis, 5 Juli 2018 | 10:13 WIB
Piramida Giza, Mesir. (Zika Zakiya)

Selama berabad-abad, Piramida Giza telah membingungkan para peneliti. Bukan hanya karena ruangan tersembunyi dan rongga misteriusnya, tapi juga bagaiamana masyarakat Mesir kuno membangun struktur mengagumkan tersebut tanpa teknologi modern.

Salah satu hal yang masih menjadi perdebatan ialah bagaimana orang-orang Mesir kuno membangun piramida-piramida tersebut dengan sangat presisi.

Secara keseluruhan sisi Piramida Agung Giza begitu lurus, dan sejajar hampir di sepanjang titik kardinal, utara-selatan-timur-barat. Hal ini cukup menakjubkan, mengingat pada masa itu masyarakat Mesir kuno belum mengenal drone, cetak biru, dan komputer.

Baca juga: Jangan Diabaikan! Inilah 10 Gejala Bahwa Ginjal Anda Bermasalah

Meski demikian, ada pula sedikit kesalahan yang ditemukan. 

"Ketiga piramida—dua di Giza dan satu di Dashur—menampilkan pola kesalahan yang sama; mereka sedikit berputar berlawanan arah jarum jam dari titik kardinal,” tulis arkeolog dan insinyur Glen Dash dalam karya ilmiahnya yang terbit di The Journal of Ancient Egyptian Architecture.

Ada banyak hipotesis mengenai bagaimana masyarakat Mesir kuno membangun piramida dengan begitu presisi, misalnya dengan menggunakan bintang kutub, atau memanfaatkan bayangan Matahari. Sayangnya, belum ada yang menjelaskan bagaimana tepatnya cara melakukan hal tersebut.

Dalam laporan risetnya, Dash mengemukakan teori yang lebih sederhana. Penelitiannya menunjukkan bahwa masyarakat Mesir kuno yang hidup sekitar 4.500 tahun silam dapat menggunakan ekuinoks musim gugur untuk mencapai keselarasan sempurna.

Baca juga: Belum Dihuni, Bulan Sudah 'Dibebankan' 187.400 Kg Sampah Manusia

Ekuinoks dianggap sebagai momen dua kali setahun ketika bidang ekuator bumi melewati pusat cakram Matahari, yang menyebabkan panjang waktu siang dan malam hampir sama.

Sebelumnya pengukuran ekuinoks telah diabaikan, karena diasumsikan tidak akan memberikan akurasi yang cukup. Tapi hasil penelitian Dash menunjukkan bahwa ada cara yang memungkinkan penggunaan metode ini, yakni dengan memanfaatkan tongkat yang dikenal sebagai gnomon.

Untuk memastikannya, Dash melakukan eksperimennya sendiri, dimulai pada hari pertama ekuinoks musim gugur tahun 2016—22 September 2016, dan menggunakan gnomon.

Dia melacak titik bayangan secara berkala, membentuk kurva titik yang halus. Di penghujung hari, dengan seutas tali yang dililitkan di sekitar tiang, dia memotong kurva dan menciptakan garis hampir sempurna membujur dari timur ke barat.

“Pada ekuinoks, surveyor akan menemukan bahwa ujung bayangan berjalan dalam garis lurus dan hampir sempurna dari timur ke barat,” tulis Dash.

Baca juga: Benarkah Dua Lautan Bertemu Namun Tidak Menyatu di Teluk Alaska?

Dia juga menunjukkan adanya kesalahan beberapa derajat yang sedikir berlawanan dengan arah jarum jam, mirip dengan kesalahan kecil yang ditemukan pada ketiga piramida.

Meski eksperimen ini dilakukan di Connecticut, Amerika Serikat, tapi Dash menegaskan bahwa uji coba ini juga akan memberikan hasil yang sama jika di lakukan di Mesir. Syarat utamanya hanyalah hari yang cerah dan langit yang bersih.

Walaupun hasil riset Dash menunjukkan bahwa teknik tersebut bisa dilakukan untuk menyelaraskan piramida, namun kita tetap belum memiliki bukti kuat tentang hal tersebut.

“Sayangnya, masyarakat Mesir kuno hanya meninggalkan sedikit petunjuk bagi kita. Tidak ada dokumen teknik atau rencana arsitektur yang ditemukan yang memberikan penjelasan teknis bagaimana orang-orang Mesir kuno menyelaraskan piramida-piramida mereka,” tulis Dash.

Baca juga: 'Susu Kental Manis', Larangan BPOM, dan Fakta di Belakangnya

Kita mungkin tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi pada masa itu, namun hasil riset ini memberikan poin menarik: bahkan hal sesederhana memetakan cahaya selama ekuinoks musim gugur, bisa cukup canggih untuk menyelaraskan beberapa struktur kuno buatan manusia yang paling dikenal.