Dampak Gelombang Panas: Membuat Orang-Orang Jadi Sulit Berpikir

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 12 Juli 2018 | 15:27 WIB
Ilustrasi gelombang panas (batuhan toker)

Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan mengatakan, gelombang panas mungkin memengaruhi kemampuan berpikir seseorang.

Penelitian dari Harvard T.H Chan School of Public Health menunjukkan bahwa murid-murid yang tinggal di asrama dengan AC menyala selama gelombang panas, menjalani tes kognitif dengan lebih baik, dibanding mereka yang tinggal di wilayah panas.

Jose Guillermo Cedeño-Laurent, pemimpin penelitian mengatakan, karena sebagian besar studi mengenai pengaruh gelombang panas dilakukan pada orang-orang lanjut usia, ada anggapan bahwa mereka yang lebih muda tidak merasakan dampaknya.

Oleh sebab itu, Jose dan rekannya pun mencoba meneliti murid-murid di asrama selama gelombang panas di Boston.

Baca juga: Pendingin Ruangan Tanpa Listrik Ala Warga Kurang Mampu Banglades

“Mengetahui risiko gelombang panas di semua tipe populasi sangat penting. Apalagi, peristiwa gelombang panas diperkirakan akan meningkat akibat perubahan iklim,” katanya.

Studi ini meneliti 44 anak di Boston. Dua puluh empat orang tinggal di bangunan ber-AC, sementara 20 lainnya tidak.

Peneliti lalu memasang perangkat di setiap ruangan para siswa untuk memantau suhu selama 12 hari di musim panas 2016.

Suhu lima hari pertama sangat normal. Kemudian, muncul lima hari penuh gelombang panas -- dilanjutkan dengan dua hari suhu yang lebih dingin.

Setiap hari, setelah bangun tidur, murid-murid tersebut melakukan tes kognitif melalui ponsel pintar mereka.

Tes pertama meminta anak-anak itu untuk mengindentifikasi warna dari kata-kata yang ditampilkan. Tes kedua berisi pertanyaan aritmatika dasar yang digunakan untuk menilai kecepatan mental dan memori.

Hasil studi menunjukkan bahwa selama gelombang panas, siswa yang tinggal tanpa AC, tes kognitifnya lebih buruk dibanding anak-anak yang tinggal di asrama dengan pendingin ruangan. Mereka juga mengalami penurunan reaksi dan memori.

Baca juga: Polusi Udara Memainkan Peran Penting Sebagai Pemicu Diabetes

Anehnya, perbedaan terbesar dalam fungsi kognitif kedua kelompok, justru terlihat pada hari-hari dingin setelah gelombang panas berlalu.

Peneliti menemukan fakta bahwa ketika suhu panas di luar ruang mulai mereda, udara yang tertinggal di dalamnya tetap ada.

“Di wilayah dengan iklim yang sangat dingin, bangunan dirancang untuk menahan panas. Namun, bangunan-bangunan ini kesulitan membuang panas selama berhari-hari setelah musim panas berlangsung. Akibatnya, itu menyisakan gelombang panas dalam ruangan,” papar Joseph Allen, salah peneliti studi sekaligus wakil direktur Center for Climate, Health, and the Global Environment at Harvard Chan School.