Musim panas yang kering setidaknya menyebabkan 11 kasus kebakaran hutan di lingkaran Arktika. Negara yang merasakan dampaknya paling parah adalah Swedia. Pemerintah telah meminta bantuan darurat untuk membantu memadamkan api yang melanda di berbagai wilayahnya.
Warga diperingatkan untuk tetap di dalam rumah dan menutup jendela guna menghindari asap tebal. Kebakaran tersebut juga berdampak pada transportasi dimana layanan kereta api terpaksa harus ditutup sementara waktu. Melalui satelit Copernicus, terungkap bahwa kebakaran sudah terjadi lebih dari 60 kali.
Menanggapi permintaan Swedia, Norwegia mengirimkan 6 helikopter pemadam kebakaran untuk membantu memadamkan api. Sementara Italia mengirimkan dua pesawat bomber air (Canadair CL-415) – pesawat yang mampu menampung 6.000 liter air - ke wilayah Halsingland.
Baca Juga: Video: Bongkahan Es Besar Ancam Kehidupan Penduduk Desa di Greenland
Di Swedia bagian barat, operasi pemadaman api harus dihentikan untuk sementara. Hal ini dikarenakan Swedia khawatir persenjataan yang tersimpan mampu meledak karena suhu yang ekstrem.
Menurut Mike Peacock, seorang peneliti dari universitas setempat, mengatakan bahwa kebakaran tahun ini adalah yang terburuk.
Pada tahun 2017, kebakaran yang terjadi di Eropa menyebabkan kerusakan pada ribuan hektar hutan dan lahan pertanian di Portugal, Spanyol, dan Italia. Kebakaran hutan dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti rokok, perapian, sambaran petir, yang mana mampu membuat suhu memanas.
Baca Juga: Tupai, Satu-satunya Hewan Mamalia yang Tahan Terhadap Makanan Pedas
Pihak berwenang Swedia memperingatkan bahwa pada hari-hari mendatang potensi kebakaran hutan masih tinggi, ditambah perkiraan suhu yang akan melebihi 30 derajat celcius. Bukan hanya Swedia, Sistem Informasi Kebakaran Hutan di Eropa juga memperingatkan bahwa potensi kebakaran sangat tinggi di berbagai wilayah dalam beberapa minggu mendatang.
Para ilmuwan iklim mengatakan Arktika dan daerah lain yang dulunya relatif bebas api, sekarang cenderung menjadi lebih rentan.
“Gelombang panas yang terjadi tahun ini memperluas wilayah-wilayah yang kemungkinan rentan dengan api” kata Vincent Gauci, seorang profesir ekologi perubahan global.
“Daerah-daerah yang biasanya lembut dan basah, ketika ekosistemnya gersang dan panas, juga dipicu oleh sumber perapian maka kebakaran akan sangat mungkin terjadi” lanjutnya.