Pohon Cemara Hinoki dan Pohon Cedar Terancam Punah Karena Penebangan

By Mar'atus Syarifah, Senin, 23 Juli 2018 | 15:59 WIB
Ilustrasi penebangan liar. (Thinkstock)

Pohon cemara hinoki dan pohon cedar di Taiwan merupakan pohon yang saat ini terancam keberadaannya. Banyak penebang liar yang mengincar pohon-pohon tersebut untuk dijual kembali kepada kolektor. Beberapa alasan menjadi daya tarik bagi para penebang liar, seperti material kayu yang kuat, aromatik, dan minyak yang dikandung dapat menjadi obat.

60 persen daratan di Taiwan adalah kawasan hutan, dan penebangan hutan sudah dilarang sejak tahun 1991. Daerah pedalaman tengahnya, yaitu Nantou, Chiayi, Hsinchu, dan Miaoli, dikenal sebagai rumah tanaman teh dan beberapa pohon tertua yang terancam punah.

Sayangnya, pohon-pohon langka tersebut menjadi incaran utama para pemburu.

Baca Juga: 8 Kebiasaan Yang Dianggap Buruk Ini Sebenarnya Tanda Bahwa Anda Cerdas

Dalam melancarkan perburuannya, penebang liar menebang pohon secara utuh kemudian memotongnya kecil-kecil agar mudah dibawa keluar hutan. Secara ilegal kayu-kayu tersebut dijual ke pasar seni, diselundupkan dengan cara dicampur bersama kayu-kayu legal. Cara ini membuat pihak berwenang kesulitan untuk mengatasi kasus tersebut.

Frank Lin, direktur jenderal Biro Kehutanan Taiwan, mengatakan bahwa satu kali perjalanan dalam operasi perburuan dapat menghasilkan keuntungan hingga 30.000 dolar Taiwan atau setara dengan Rp14 juta. Pendapatan ini melampaui upah minimum per bulan di Taiwan.

Hal ini menjadi tawaran keuangan yang menggiurkan bagi pekerja Vietnam dan pejabat tinggi untuk menjalankan perburuan ilegal tanpa memahami risikonya. Tidak heran hingga saat ini masih banyak orang yang bekerja sebagai penebang. 

Ratusan penebang liar ditangkap setiap tahunnya karena mengincar pohon langka tersebut. Tercatat pada tahun 2016, terjadi 244 penangkapan dan pada tahun 2017 terjadi 239 penangkapan.

Petugas kehutanan mengatakan bahwa selama ini para pelaku menyamarkan diri sebagai pekerja imigran dari Vietnam. Meskipun masih terhitung tinggi, namun jumlah penangkapan telah menurun dalam dekade terakhir. Frank Lin mengatakan bahwa sistem pemantauan lebih dikuatkan.

Sebagian besar kayu ilegal berakhir di pasar seni dalam bentuk ukiran atau patung. Salah satu pemilik toko mengaku bahwa mereka memang menjual kayu-kayu ilegal tersebut. Mereka menjualnya dalam bentuk perabotan, patung Buddha, dan apel kayu (guimu pingguo) yang dipercaya membawa keberuntungan.

Meskipun ada rasa takut yang membayangi mereka, namun mereka mengaku tidak keberatan menjual barang ilegal tersebut.

Baca Juga: Hal Sederhana dari Pantai yang Menjadikan Kita Tenang dan Bahagia

"Polisi tidak selalu tahu toko mana yang menjual kayu ilegal, jadi mereka fokus pada pemburu" kata Willy Lee, salah satu pemilik toko seni.

Untuk kedepannya, biro kehutanan melakukan kerja sama dengan polisi khusus, biro penyelidikan dan imigrasi untuk menuntaskan kasus semacam ini. Biro kehutanan juga berharap ke depannya akan ada sanksi yang berat agar para penebang ilegal merasa jera dan takut.