Mengapa Kita Mengalami Deja Vu? Ilmuwan Mencoba Menjelaskannya

By Gregorius Bhisma Adinaya, Rabu, 25 Juli 2018 | 13:59 WIB
Ilustrasi ingatan yang tidak terlalu jelas. (francescoch/Getty Images/iStockphoto)

Temuan ini kemudian dipresentasikan dalam Konferensi Memori Internasional di Budapest.

"Daerah otak yang terkait dengan konflik memori, bukan memori palsu, tampaknya mendorong pengalaman deja vu," tulis O'Connor.

Baca juga: Tahun 1800-an, Dokter Resepkan Jenggot Sebagai Penangkal Kuman

Penemuan ini juga menunjukkan bahwa deja vu merupakan tanda bahwa sistem pengecek memori pada otak bekerja dengan baik. Hal tersebut cocok dengan apa yang disebut efek usia pada memori, sebab deja vu lebih umum terjadi pada orang-orang berusia muda dan jarang terjadi pada orang berusia tua, karena memori mulai mengalami penurunan.

Penelitian O'Connor dan tim seakan mematahkan hasil penelitian ilmuwan di Leeds Memory Group yang mengatakan bahwa deja vu terjadi akibat adanya "kesalahan" memori.

Deja vu juga bisa dikaitkan dengan korteks rhinal, yaitu area otak yang membuat kita merasa akrab. Sayangnya, belum diketahui bagaimana mengaktifkan area ini tanpa memicu area lain terkait memori. Itulah mengapa sangat sulit untuk menentukan apa yang terasa akrab dengan deja vu. Sebab, rasa akrab itu biasanya samar, tidak spesifik pada obyek atau orang.