Perubahan-perubahan Dramatis di Masa Kepemimpinan Ratu Elizabeth II

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 26 Juli 2018 | 17:49 WIB
Ratu Elizabeth II, dulu dan sekarang. (Donald McKague/Michael Ochs Archives & Lichfield/Getty Images)

Nationalgeographic.co.id - Dia menjadi salah satu figur paling ikonik dalam sejarah dunia: seorang Ratu yang masa pemerintahannya mengalahkan pemimpin manapun.

Meski tetap menjamin keberlangsungan tradisi monarki Inggris, namun kepemimpinan Elizabeth II tidak dapat diprediksi.

Sejak mengambil alih takhta pada 1952, Ratu telah mendefinisikan ulang sejarah kerajaan. Ia berada dalam setiap perubahan di keluarganya, negara dan dunia.

Berikut perubahan-perubahan dramatis selama masa kepemimpinan Elizabeth:

Dulu: Akses terbatas

Sekarang: Terbuka

Hari penobatan Ratu Elizabeth II pada 2 Juni 1953 diselenggarakan dengan mewah dan termasuk peristiwa besar dalam sejarah. Namun, ada perbedaan upacara naik takhta saat itu dengan pemimpin-pemimpin Inggris sebelumnya: yakni penayangan prosesnya di televisi.

Keputusan untuk menyiarkan upacara naik takhta itu sangat kontroversial. Orang-orang tua yang terikat tradisi, merasa ngeri dengan gagasan mengizinkan kameraman masuk ke Westminster Abbey di acara yang khusyuk seperti itu.

Baca juga: Carl Lutz, Diplomat yang Melawan Nazi dan Selamatkan Ribuan Yahudi

Elizabeth sendiri pun seorang pemalu, namun dia memutuskan untuk tetap melanjutkan siaran langsung. Keputusannya ini mengubah sikap kerajaan terhadap media.

Saat ini, kerajaan Inggris memanfaatkan smartphone dan media sosial untuk menajamkan imej di mata publik. Mereka muncul di platform seperti Twitter dan Instagram, serta memperkerjakan ahli digital untuk membuat publikasi daring. Meski tidak seketat dulu, namun pesan-pesan yang disampaikan di dunia maya tetap dikontrol.

Dulu: Kerajaan Inggris yang luas

Sekarang: Negara persemakmuran yang lebih kecil

Saat masa kejayaannya, diperkirakan satu dari empat orang di dunia pasti merupakan bagian Inggris. Ketika Elizabeth memulai kepemimpinannya, Britania memiliki lebih dari 70 wilayah kekuasaan di negara lain.

Meski begitu, keadaannya sangat krisis. Pemerintah menyadari bahwa wewenang lebih besar yang diberikan ke wilayah jajahan agar mereka bisa bertahan hidup, justru menyebabkan pemberontakan.

Pada 1960-an, Inggris menyerah. Mereka akhirnya menarik diri dari wilayah jajahan seperti Kenya dan Malaysia.

Kini, Elizabeth hanya ‘membawahi’ 16 negara yang tergabung dalam Commonwealth. “Negara persemakmuran saat ini sangat berbeda dengan masa lalu. Ini benar-benar konsep baru, dibangun dengan kualitas tinggi atas semangat persahabatan, loyalitas, kebebasan, dan perdamaian. Untuk konsep baru tentang kerja sama yang setara antarbangsa dan ras, saya akan memberikan hati dan jiwa saya setiap hari sepanjang hidup,” papar Ratu pada 1953.

Dulu: Jarang melakukan kontak

Sekarang: Berjalan di dekat rakyat

Ratu Elizabeth adalah pemimpin Inggris yang paling mudah ‘didekati’. Raja dan Ratu sebelumnya biasanya berdiam di dalam istana dan jarang melakukan kontak dengan orang lain.

Di awal kepemimpinannya, Elizabeth sangat dilindungi. Kita hanya bisa melihatnya sekilas dari jauh atau melalui televisi. Dalam setiap perjalanan diplomatiknya, Elizabeth hanya berinteraksi dengan orang-orang terkemuka.

Namun, semua itu berubah pada 1970, ketika Elizabeth berjalan di dekat kerumunan rakyat selama kunjungannya di Selandia Baru. Sejak saat itu, kebiasaan menyapa, bersalaman, dan berbincang sekilas dengan rakyat, menjadi tradisi kerajaan Inggris.

Ratu Elizabeth II saat menyapa rakyatnya. (Central Press/Hulton Archive & Chris Jackson/Getty Images)

Dulu: Menutupi skandal

Sekarang: Lebih manusiawi

Semua keluarga memiliki masa bahagia dan sedihnya. Namun, keluarga Elizabeth selalu menjaga agar skandal dan konflik mereka tetap tersembunyi.

Dibesarkan di lingkungan yang penuh rahasia, Elizabeth menyaksikan bagaimana reaksi ngeri orangtuanya terhadap perselingkuhan dan penurunan takhta sang paman.

Ketika dirinya menjadi ratu, perceraian adalah hal yang tabu di keluarga kerajaan. Mereka selalu berusaha menutupi berbagai skandal, termasuk kehidupan cinta Putri Margaret (adik Elizabeth) yang menjalin hubungan dengan pria beristri.

Namun, bertahun-tahun setelahnya, keluarga kerajaan Inggris tidak bisa lepas dari skandal. Putri Margaret bercerai pada 1978. Kemudian, pada 1922, anaknya, Pangeran Charles bercerai dengan Putri Diana. Peristiwa itu bahkan memengaruhi reputasi kerajaan. Halaman media internasional kala itu dipenuhi oleh skandal pasangan ini.

Baca juga: Kisah Tragis Permaisuri Kaisar Austria yang Dibunuh oleh Anarkis

Di masa sekarang, perceraian bukan hal yang tabu lagi di keluarga kerajaan Inggris yang naik-turun, terutama setelah kematian dramatis Diana pada 1998.

Selain itu, mereka tidak berusaha menutupi kisah cinta anggota kerajaan Inggris lagi. Pernikahan penerus takhta kerajaan, Pangeran William-Kate Middleton dan Pangeran Harry-Meghan Markle, disiarkan secara langsung hampir di seluruh dunia.

Dulu: Ratu termuda

Sekarang: Pemimpin terlama

Elizabeth baru berusia 25 tahun saat menjadi ratu Inggris dan merupakan ‘anak baru’ di dunia tersebut. Pemimpin-pemimpin negara yang berkuasa saat itu adalah Winston Churcill, Josef Stalin, dan Dwight David Eisenhower yang pemikirannya mungkin amat berbeda dengan si ratu muda.

Namun, selama lebih dari 65 tahun berada di atas takhta, Elizabeth telah mengalahkan mereka semua – menjadi simbol kesinambungan yang kuat meski dunia di sekelilingnya telah berubah.