Ketika Ruang Seni Menularkan Semangat Menggunakan Kembali Barang Bekas

By Gregorius Bhisma Adinaya, Selasa, 7 Agustus 2018 | 12:18 WIB
Salah satu "makhluk" yang dibuat dari papan kardus. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)

Pengunjung menemukan robot-robot tersembunyi. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)

Anak-anak—atau bahkan pengunjung lainnya—disediakan papan kardus yang sudah dibentuk untuk kemudian digambar, diwarnai ataupun diubah bentuk menjadi sebuah mainan dan karya seni. Papan kardus yang biasanya teronggok di tempat sampah menjadi sebuah bentuk baru dengan nilai tambah.

Seorang pengunjung membuat "makhluk" ciptaannya sendiri. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)

Karya pengunjung ini kemudian dapat digabungkan bersama dengan karya yang sudah dimulai oleh Gatot satu bulan lalu ini. "Tujuannya sederhana, ingin mengajak mereka (pengunjung) mengurangi perilaku menyampah sejak dini," ungkap Aprina Murwanti, Kepala Tim Edukasi dan Program Publik Museum MACAN.

Baca juga: 5 Cara Mudah yang Dapat Kita Lakukan untuk Menghemat Air di Rumah

Gatot memandu dalam penciptaan kreasi. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)

Senada dengan Aprina, Direktur Museum MACAN, Aaron Seeto, mengatakan bahwa ia dan Museum MACAN ingin mengajarkan dan menularkan semangat penggunaan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai yang kita temui sehari-hari.

Baca juga: Ketika Aroma yang Kita Cium Membawa Kembali Kenangan Masa Lalu

"Makhluk" kreasi pengunjung. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)

Walaupun ruang seni anak ini "hanya" dibuka di Museum MACAN, namun semangat memanfaat barang tidak terpakai ini tetap ditularkan secara luas melalui beberapa program seperti Educators Forum dan pengiriman alat peraga berupa 5 papan kardus dengan pola berbeda kepada sekolah-sekolah.

Pengunjung juga boleh menggambar di tembol ruang seni anak. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)

Baca juga: Dampak Mengerikan dari Konflik Gajah-Manusia yang Terjadi di India