Durasi Tidur Berlebih, Memiliki Kaitan Dengan Kematian Seseorang

By Mar'atus Syarifah, Selasa, 7 Agustus 2018 | 16:54 WIB
Ilustrasi tidur (Victor_Tongdee/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Kurang tidur kerap menjadi permasalahan bagi banyak orang. Selain berdampak pada stamina, kurang tidur juga berdampak pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Seperti yang kita ketahui, waktu tidur ideal yang disarankan adalah tujuh hingga delapan jam setiap hari. Lalu, bagaimana jika pola tidur kita melebihi waktu yang ideal?

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa tidur di malam hari dengan waktu melebihi 10 jam, berisiko terserang penyakit stroke sebesar 56%. Selain itu, pola tidur semacam ini juga berisiko terhadap penyakit jantung sebesar 49%.

Baca Juga: Menyedihkan, Setiap 25 Menit Satu Gajah di Afrika Mati Dibunuh

“Tidur berlebih adalah tanda adanya peningkatan risiko kardiovaskular,” ungkap Dr. Chun Shing Kwok, pempimpin penelitian.

Dr. Kwok menegaskan bahwa penemuan tersebut memiliki implikasi penting, terutama pada bidang kesehatan. Jika seorang pasien diketahui memiliki pola tidur lebih dari delapan jam, maka dokter harus mempertimbangkan untuk melakukan pemindaian mendalam. Hal tersebut untuk mengetahui risiko penyakit jantung secara detil.

Sebuah penelitian terkait juga dilakukan oleh Keele University, Universitas Manchester, Universitas Leeds, dan Universitas East Anglia dengan meninjau 74 penelitian sebelumnya.

Setelah melakukan peninjauan, ditemukan data yang menunjukkan bahwa orang dengan jumlah waktu tidur berlebih, sangat berpotensi meninggal dalam beberapa dekade. Orang-orang yang tidur selama lebih dari sembilan jam memiliki kemungkinan 25% lebih besar untuk meninggal.

“Penelitian ini dimulai karena kami tertarik untuk mengetahui apakah lebih berbahaya ketika tidur berlebih atau kurang tidur,” ucap Dr. Kwok.

Baca Juga: Harta Karun Berupa Perhiasan Emas Kuno Ditemukan di Gunung Kazakhstan

Menurut Dr. Kwok, tidur seseorang juga dipengaruhi oleh budaya, sosial, psikologis, perilaku, patofisiologi dan lingkungan. Bahkan, pola hidup juga dapat memengaruhi pola tidur seseorang.

"Ini termasuk kebutuhan untuk merawat anak-anak atau keluarga, pola kerja yang tidak teratur, penyakit fisik atau mental, dan ketersediaan komoditas 24 jam dalam masyarakat,” lanjut Dr. Kwok.