Bisakah Psikotes Diakali Agar Kita Diterima di Tempat Kerja?

By Gregorius Bhisma Adinaya, Selasa, 14 Agustus 2018 | 11:49 WIB
Ilustrasi psikotes dengan lates tes rorschach. (YakobchukOlena/Getty Images/iStockphoto)

Misalnya, bila seseorang dites dengan satu alat tes psikologi tertentu, maka hasilnya akan sama bila orang tersebut diukur menggunakan alat tes psikologi yang lain. Mengapa hal ini dapat terjadi? Jawabannya adalah, karena alat tes telah melalui serangkaian uji coba untuk dapat dikatakan reliabel.

Bahkan, alat tes yang berasal dari luar Indonesia juga harus mengalami penyesuaian terhadap norma dan budaya yang berlaku di Indonesia. Tes itu akan diuji di berbagai daerah, terhadap berbagai tingkatan sosial-pendidikan dulu, sebelum secara resmi dipakai di Indonesia.

Terutama kalau soal-soal (item) tes tersebut memakai banyak "kata" (words) yang mengungkap pengetahuan terkait aspek sosial-budaya suatu negara (misalnya, judul buku, nama pahlawan, istilah, pepatah).

Sebab, ilmu psikologi mengenal istilah tes "bebas budaya" (culture-free), yang tidak mengandung kata-kata khusus, dan pengerjaan jawaban hanya berdasarkan logika — yang secara universal pasti sama.

Evaluasi psikologis mencakup lima hal, yakni kecerdasan, kemampuan khusus (keuangan, teknik, komunikasi, menjual, dsb.), bakat, minat, dan sikap.

Tes kepribadian dapat berupa rangkaian pertanyaan, tugas menggambar atau tes grafts yang berlandasan sama dengan grafologis. Tes ini menilai coretan tangan hasil penerusan "getaran" dari dalam jiwa seseorang. Tidak heran bila Prof. J. Nimpuno, grafolog Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Bandung, dapat mendeteksi suatu penyakit akut dalam diri seseorang, melalui tulisan tangan orang itu.

Baca juga: Terkena Dampak Polusi, Bangunan Taj Mahal Terancam Diruntuhkan

Mirip seperti profesor Nimpuno, seorang ahli tes grafts dapat dengan akurat mengungkapkan dan menggambarkan kepribadian seseorang hanya dengan melihat gambar yang dibuat oleh seseorang.

Sama dengan alat tes yang menggunakan kata, alat tes grafis juga telah melalui uji coba selama bertahun-tahun hingga akhirnya dapat digunakan secara reliabel.

Hasil evaluasi psikologis dapat mengungkapkan "penyimpangan" yang dialami seseorang secara klinis. Misalnya, mereka yang mengalami permasalahan psikologis (kesehatan mentalnya kurang baik atau terganggu).

Dalam konsultasi psikologis, orang ini datang ke psikolog. Lazimnya, psikolog memberikan tes grafts untuk memahami kondisi psikologis orang itu pada suatu saat. Biasanya hasil tes grafts ini digunakan untuk menemukan hal yang tak terungkap selama wawancara. Atau tes itu untuk mendukung hasil wawancara sebagai penemuan jalan keluarnya.

Hafal pun percuma