Sejak 1960-an, teks dan gambar di peta sudah memudar. Kala itu, para peneliti di Yale University mencoba menguraikan teksnya dengan mengambil foto ultraviolet. Van Duzer mengatakan, meski berhasil mengungkap beberapa teks yang sebelumnya tidak diketahui, namun ia tidak benar-benar membuat semuanya terlihat.
Merasa penasaran, Van Duzer yang mendapatkan hibah dana dari National Endowment for the Humanities, menghabiskan waktu sepuluh hari untuk memotret peta tersebut.
Baca juga: Potongan Kapal Dari Perang Dunia II Ditemukan di Lepas Pantai Alaska
Bersama dengan timnya, ia menggunakan beberapa gelombang berbeda untuk memotret peta, mulai dari ultraviolet ke inframerah. Ini dilakukan karena Martellus membuat petanya menggunakan pigmen berbeda sehingga teks di sana dapat merespons beberapa cahaya.
Roger Easton, profesor dari Chester F. Carlson for Imaging Science di Rochester Institute of Technology, menyaring beberapa gambar, serta mencatat aspek mana yang paling baik merespons panjang gelombang. Selanjutnya, ia membuat gambar gabungan digital yang akhirnya mengungkap elemen yang tidak terbaca di peta Martellus.
Keseluruhan prosesnya memerlukan waktu berbulan-bulan. “Ketika melihat salinan peta yang berhasil disempurnakan dengan teknologi digital, rasanya sangat memuaskan,” kata Van Duzer.