“Saya lahir di dalam gua bersama dengan hewan-hewan,” kaya Amaya, yang keluarganya telah tinggal di gua Sacromonte selama enam generasi.
Leluhurnya merupakan penggagas flamenco Zambra, pertama kali ditampilkan di gua lebih dari 500 tahun lalu.
Amaya mulai menari saat ia berusia tiga tahun. Baginya, menampilkan flamenco dan membaca puisi gitano di gua dapat menciptakan hubungan yang kuat dengan nenek moyangnya.
“Rasanya sangat murni dan segar. Seperti mendapat siraman air terjun pada jam 4 pagi atau menenggelamkan kepala saya ke air,” jelas Amaya.
Baca juga: Tradisi Unik Orang Tulehu di Maluku Dalam Merayakan Idul Adha
Seperti Amaya, Tocuato Lopex, juga merupakan penghuni gua dalam waktu yang lama. Keluarganya telah tinggal di sana selama empat generasi.
Menurut Lopez, gua telah menyediakan perlindungan dari suhu panas yang tak bisa ditangani. Namun, yang lebih penting, gua memberikan rasa kebersamaan yang mengakar.
Meskipun hidup dalam kemiskinan – Lopez dan saudara perempuannya harus berjalan kaki 2,5 mil ke kota sebelah untuk mengemis makanan – namun, ia memiliki rasa sayang yang tinggi kepada tempat tinggalnya.
“Saya sangat bangga karena masih tinggal di dalam gua. Saya berencana akan meninggal di sini juga,” pungkas ayah empat anak ini.