Peningkatan Karbon Dioksida di Udara Picu Masalah Kekurangan Gizi

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 28 Agustus 2018 | 13:48 WIB
Pembangkit listrik tenaga batu bara merupakan salah satu industri penghasil karbon dioksida terbesar. (Kodda/Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id - Peningkatan kadar karbon dioksida di udara mengancam persediaan gandum, beras, dan makanan bergizi lainnya. Menurut peneliti, ini dapat menyebabkan kekurangan gizi di seluruh dunia.

Di masa kini, konsentrasi CO2 bisa mengurangi zat besi, seng, dan kadar protein pada hasil panen.

“Ratusan juta orang bisa mengalami kekurangan gizi. Terutama di Afrika, Asia Tenggara, India, dan Timur Tengah. Menambah jumlah penduduk yang mengalami malnutrisi dan membuat kondisi mereka semakin buruk,” papar Matthew Smith, peneliti dari Harvard T.H Chan School of Public Health.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Hubungan Polusi Udara Dengan Penyakit Ginjal Kronis

Protein, bersama dengan mineral seperti zat besi dan seng, merupakan gizi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Kekurangan zat seng memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Juga membuat anak-anak rentan terhadap malaria, infeksi paru-paru, dan diare yang mematikan.

Sementara itu, kurangnya zat besi meningkatkan risiko kematian ibu saat melahirkan, menurunnya IQ anak dan menyebabkan anemia.

Sistem pangan global juga rentang terhadap kenaikan suhu. Menyebabkan kekeringan jangka panjang dan cuaca ekstrem karena perubahan iklim. Akibatnya, hasil panen berkurang dan hewan-hewan semakin stres karena suhu panas.

Dampak yang tidak diperkirakan

Untuk meneliti bagaimana kelebihan kadar karbon dioksida di atmosfer bisa memengaruhi kesehatan global pada 2050, Smith dan rekannya, Samuel Myers, menjalankan model untuk 225 tanaman pangan yang berbeda yang tumbuh di 151 negara.

Jika manusia terus memproduksi gas rumah kaca dari pembakaran batu bara, minyak, dan gas alam sesuai dengan kadar saat ini, maka konsentrasi karbon dioksida di atmosfer akan mencapai 550 ppm pada 2050.

Saat ini jumlahnya 400 ppm.