Peneliti Kembangkan Kecerdasan Buatan yang Bisa Prediksi Gempa Susulan

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 4 September 2018 | 15:17 WIB
Seismograf mencatat besaran gempa. (Petrovich9/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id – Gempa susulan sering kali sama mengerikannya dengan peristiwa utama.

Saat ini, para ilmuwan sedang mengembangkan sebuah sistem yang dapat memprediksi kapan dan di mana gempa susulan akan terjadi. Mereka menggunakan aplikasi kecerdasan buatan (AI) untuk mewujudkannya.

Mengetahui lebih banyak tentang apa yang akan terjadi selanjutnya berkaitan erat dengan hidup dan mati penduduk yang tinggal di wilayah rentan gempa.

Sama seperti gempa utama, gempa susulan pun bisa menyebabkan cedera, kematian, kerusakan bangunan, dan mempersulit upaya penyelamatan.

Baca juga: Ilmuwan Ciptakan Teknologi untuk Mendeteksi Obesitas dari Luar Angkasa

Sekelompok peneliti dari Harvard University telah melatih kecerdasan buatan untuk ‘mengunyah’ data sensor dalam jumlah besar dan menerapkan pembelajaran mendalam agar prediksinya lebih akurat.

Para ilmuwan di balik sistem baru ini mengatakan, AI tersebut belum siap digunakan, tapi ia lebih bisa diandalkan dalam menentukan gempa susulan dibanding model prediksi yang ada sekarang.

Dalam beberapa tahun ke depan, kecerdasan buatan akan menjadi bagian penting dari sistem prediksi yang digunakan seismolog.

“Ada tiga hal yang ingin Anda ketahui dari gempa bumi: kapan akan terjadi, seberapa besar, dan di mana pusatnya,” kata Brendan Meade, salah satu anggota tim peneliti dari Harvard University.

“Terkait teknologi terbaru ini, kami sudah memiliki hukum empiris tentang kapan dan seberapa besar gempa yang akan terjadi. Sekarang, kami sedang meneliti kaki ketiganya, yaitu di mana gempa berlangsung,” tambahnya.

Ide menggunakan pembelajaran mendalam untuk mengatasi masalah gempa, datang kepada Meade ketika dia mengambil cuti panjang dari Google.

Pembelajaran mendalam ini lebih canggih dari mesin. Ia menerapkan apa yang disebut ‘jaringan saraf’ untuk mencoba dan meniru proses berpikir otak.

Dalam istilah yang lebih simpel, AI dapat melihat beberapa kemungkinan sekaligus. Kemudian mempertimbangkan faktor yang lebih kompleks, seperti yang dilakukan neuron di otak.

Ini sangat sempurna bagi gempa bumi, yang memiliki beberapa variabel untuk dipertimbangkan – mulai dari kekuatan getaran, posisi lempeng tektonik, dan jenis tanah yang terlibat. Pembelajaran mendalam dari AI akan menemukan pola-pola yang tidak bisa ditemukan manusia sebelumnya.

Untuk menggunakannya pada gempa susulan, Meade dan rekan-rekannya menyadap data interpretasi 131 ribu gempa bumi dan susulan, yang diambil dari 199 peristiwa.

Setelahnya, mereka membiarkan mesin kecerdasan buatan ‘mengunyah’ data tersebut, hingga ia mampu memprediksi 30 ribu aktivitas gempa susulan. Menunjukkan kemungkinan bahwa gempa susulan akan menyerang lokasi dalam jaringan lima kilometer.

Menurut peneliti, kunci utama yang perlu ditambahkan dalam algoritma AI adalah von mises kriteria – sebuah perhitungan yang dapat memprediksi kapan material akan pecah di bawah tekanan.

Baca juga: Peneliti: Teori Antivaksin Disebarkan Oleh Akun Bot di Media Sosial

Masih ada banyak hal yang harus dipelajari. Para ilmuwan mengatakan, model AI yang mereka kembangkan saat ini hanya dirancang untuk menangani satu jenis pemicu gempa susulan dan garis sesar sederhana. Oleh sebab itu, sistem ini belum bisa digunakan pada semua jenis gempa di seluruh dunia.

Lebih lanjut, kecerdasan buatan ini masih terlalu lambat untuk memprediksi gempa susulan yang bisa terjadi satu atau dua hari setelah gempa utama.

Namun, kabar baiknya, ‘jaringan saraf’ pada AI memang dirancang untuk membaik dari waktu ke waktu. Artinya, dengan semakin banyak data dan siklus pembelajaran, maka sistem ini dapat meningkat.

Studi dipublikasikan pada jurnal Nature.