Nationalgeographic.co.id - Teori evolusi dinosaurus menjadi burung memang tengah ramai dibicarakan. Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications, berhasil mengungkap hal ini dengan menggunakan metode matematika dalam menganalisis DNA dinosaurus.
Sebuah laporan mengenai studi terkait juga dipublikasikan dalam Jurnal Current Biology, Kamis (13/8/2018) kemarin. Dalam hasil penelitian tersebut dikatakan bahwa garis keturunan teropoda kecil berevolusi menjadi burung modern.
Baca juga: Baca Juga : 87 Gajah Mati di Dekat Tempat Perlindungan Satwa Liar, Botswana
Kemudian teropoda lain yang dikenal dengan nama alvarezsauroidea, berkembang menjadi pemakan serangga dengan lengan dan tangan pendek, serta jari-jari yang besar untuk menggali sarang.
Namun sebuah mata rantai evolusi mengalami kekosongan dalam menjelaskan bagaimana alvarezsauroidea ini berevolusi. Kesenjangan evolusi ini terjadi dalam rentang 70 juta tahun antara pemakan serangga modern dengan pemakan serangga awal, Haplocheirus yang hidup sekitar 160 juta tahun lalu.
Kekosongan pengetahuan ini kemudian terisi ketika ahli paleontologi melaporkan temuan dua dinosaurus baru yang diprediksi telah menjelajah Bumi pada 90 hingga 160 juta tahun yang lalu.
Kedua spesies dinosaurus yang ditemukan di kawasan barat laut Tiongkok ini kemudian diberi nama Xiyunykus dan Bannykus. Keduanya merupakan dinosaurus teropoda atau dinosaurus pemakan daging yang berjalan dengan kaki belakang.
Baca juga: Baca Juga : Peneliti Kembangkan Kecerdasan Buatan yang Bisa Prediksi Gempa Susulan
Dilansir dari Newsweek, pada Selasa (4/9/2018), Corwin Sullivan, seorang paleontolog dari University of Alberta, Kanada, mengatakan bahwa spesimen ini sangat membantu dalam memahami tahap awal evolusi alvarezsauroidea. Tidak hanya itu, Sullivan juga mengatakan bahwa temuan ini memberi pemahaman yang lebih baik mengenai bentuk alvarezsauroidea.
Dengan kata lain, penemuan ini memberi wawasan baru bahwa alvarezsauroidea berevolusi dari pemakan daging menjadi pemakan serangga.
"Kaki depan fosil menunjukkan cara mereka beradaptasi untuk menggali. Beberapa fitur tengkorak juga mirip dengan alvarezsauroidea insektivora (pemakan serangga)," ucap Sullivan.
Lebih lanjut, paleontolog ini mengatakan bahwa kaki belakang mereka hanya mengalami sedikit perubahan. Artinya, lengan dan kepala mengalami perubahan yang signifikan sebelum kaki berevolusi.
Walaupun temuan ini mengisi kekosongan pengetahuan mengenai mata rantai evolusi yang hilang, namun Sullivan mengatakan bahwa mereka masih perlu menggali lebih lanjut untuk memahami seutuhnya mengenai apa yang terjadi pada proses evolusi tersebut. Setidaknya para ahli membutuhkan lebih banyak fosil, karena temuan ini tidak lengkap.
Baca juga: Baca Juga : Fasilitas Kloning ala Jurassic Park Dibangun untuk Hidupkan Mammoth
Berdasarkan temuan ini, para peneliti memperkirakan bahwa Xiyunykus berusia sembilan tahun saat mati dengan berat 15 kilogram. Sementara itu Bannykus berusia delapan tahun saat mati dengan berat sekitar 24 kilogram.