Mengonsumsi Micin Membuat Otak Menjadi Lemah, Apakah Benar?

By Nesa Alicia, Kamis, 6 September 2018 | 11:14 WIB
Monosodium glutamate (bigjom/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Penyedap rasa Monosodium Glutamat (MSG) atau yg dikenal dengan sebutan "micin" masih menjadi perdebatan seru mengenai dampaknya terhadap kinerja otak.

Penelitian mengenai MSG terus dilakukan untuk memastikan keamanannya. Sebagai pelengkap makanan, MSG memiliki kandungan yang terdiri dari air, natrium, dan glutamat. Glutamat yang juga terkandung dalam susu, keju, daging, ikan, dan beberapa sayuran merupakan zat penting yang dapat mengubah rasa makanan jadi lebih nikmat.

Baca juga: Delapan Cara Mudah untuk Bertahan Hidup Jika Bencana Alam Menyerang

Berbeda dengan anggapan masyarakat pada umumnya, Profesor Hardinsyah, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, mengatakan bahwa MSG justru memiliki manfaat untuk kesehatan. Dilansir dari CNN Indonesia pada Rabu (5/9/2018), Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1992 sempat menyebut batas konsumsi MSG maksimal sebanyak 5 gram per hari.

Akan tetapi, Hardinsyah melanjutkan, pada penelitian-penelitian berikutnya, tidak ada temuan perihal batas atas konsumsi MSG.

"Konsumsi micin dikatakan secukupnya, hingga rasa optimum yang ingin dicapai," ujarnya.

Dalam artikelnya di laman hellosehat, dr. Ivena menuliskan bahwa kandungan asam glutamat itu dapat membuat sel-sel saraf otak lebih aktif dan membuat makanan menjadi lebih lezat.

Baca juga: Mengenal Blenny, Ikan Jantan Yang Tega Memakan Anaknya Sendiri

"Selama ini kebanyakan efek samping yang dilaporkan setelah mengonsumsi makanan yang mengandung MSG memang terjadi pada sistem saraf di otak. Karena itu, MSG secara tidak langsung bisa membuat seseorang jadi ‘lemot’," tulisnya.

Seberapa Buruk Konsumsi MSG Untuk Tubuh? Apakah Ada Manfaat Darinya? (iStock)

"Lemot" atau lemah otak adalah istilah yang dipilih dr. Ivena untuk menggambarkan penurunan fungsi kognitif otak. Fungsi kognitif otak antara lain berpikir logis, mengambil keputusan, merekam informasi ke dalam ingatan, menyelesaikan masalah, dan menjaga konsentrasi.

dr. Ivena menambahkan bahwa otak memiliki banyak saraf yang bertugas menerima berbagai macam rangsangan. Saraf yang bertugas menerima rangsangan disebut reseptor yang jumlahnya ada di bagian hipotalamus otak.