Nationalgeographic.co.id - Keberadaan medan magnet, walaupun tidak nampak secara kasat mata, tetapi sangat membantu bagi keberlangsungan kehidupan di Bumi.
Medan magnet tidak hanya berfungsi sebagai arah jarum kompas, tetapi juga sebagai pelindung bumi dari pancaran radiasi luar angkasa.
Selama ini kita memang mengenal adanya dua kutub magnet, utara dan selatan. Posisinya pun tidak pernah berubah. Namun bukannya tidak mungkin bila magnet bumi akan berbalik seiring dengan berjalannya waktu. Bahkan penelitian-penelitian terbaru menunjukkan adanya pembalikkan ini.
Perlu diketahui, kutub magnet bumi berbeda dengan kutub utara dan kutub selatan.
Baca juga: Ilmuwan Ungkap Penyebab Tsunami Dahsyat yang Terjadi 3 Tahun Lalu
Kutub magnet bumi dipengaruhi oleh lautan besi panas cair yang berada di dalam inti luar bumi. Perputaran ini menyebabkan adanya magnet di dalam bumi dengan kemiringan 11 derajat dari sumbu bumi.
Seiring dengan perputaran yang terus terjadi, maka lava besi seringkali berpindah tempat menjadi berlawanan dari atom besi di sekitar mereka. Ketika hal tersebut terus terjadi, maka kutub magnet bumi pun ikut berbalik.
Mengenai berbaliknya kutub magnet Bumi, Monika Korte, Direktur Ilmiah dari Niemegk Geomagnetic Observatory, GFZ Postdam, Jerman kepada Live Science mengatakan bahwa fenomena ini tidak akan terjadi secara tiba-tiba. Melainkan bertahap dengan waktu yang lama.
Berbeda dengan Monika Korte, Dilansir dari CNN pada Jumat (7/9/2018), para peneliti telah menemukan bukti bahwa kutub-kutub bumi pernah berubah dengan cepat di masa lalu. Bila hal ini terus terjadi, maka dapat menyebabkan kekacauan global.
Para peneliti sejak awal memprediksi bahwa medan magnet yang lemah dapat membuat partikel berkekuatan tinggi menembus atmosfer dan melubangi ozon di atas Antartika. Meski begitu, para peneliti belum dapat memastikan dampak yang akan terjadi akibat melemahnya medan magnet bumi.
Menurut para peneliti, termasuk Phil Livermole dan Jon Mound dari University of Leeds, yang mungkin menjadi masalah adalah peningkatan radiasi yang bisa menganggu navigasi satelit, pesawat, dan pembangkit listrik, melansir dari Kompas.com (7/9/2018).