Jurus Kemenpar untuk Ulangi Kemenangan Indonesia pada UNWTO Award

By Gregorius Bhisma Adinaya, Senin, 10 September 2018 | 16:49 WIB
Tangkapan layar video "Wonderful Indonesia". (Kemenpar)

Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan

15th UNWTO Award sudah dibuka, kali ini "inovasi dan keberlanjutan dalam pariwisata" masih menjadi misi utama. Hal ini tentu berhubungan dengan target agenda UN mengenai pengembangan pariwisata dunia yang kompetitif, bertanggung jawab, dan berkelanjutan pada tahun 2030.

Lantas apa yang dipersiapkan Indonesia untuk kembali berkompetisi dalam ajang yang akan ditutup pada 31 Oktober 2018 ini?

Arief Yahya saat berkunjung ke Bandara Blimbingsari, Banyuwangi. (Ira Rachmawati/Kompas.com)

Menteri Arief, dalam tulisannya berjudul "Sustainable Tourism Development: semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan" yang diunggal pada laman kemenpar.go.id, mengurai strategi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.

Arief mengungkapkan bahwa Kemenpar telah mengembangkan Sustainable Tourism Development (STD) dengan membentuk Sustainable Tourism Observatory (STO), program STO kedua di Asia setelah Tiongkok. Tujuannya adalah agar pihak pelaksana destinasi wisata mendapatkan pendampingan yang tepat. Pada akhirnya pariwisata akan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.

Baca juga: Baca Juga : Daftar 20 Negara Termalas di Dunia Versi WHO, Indonesia Termasuk?

"Pendampingan ini diharapkan agar kemanfaatannya itu bisa terus berlangsung dan dijaga," tulis Arief.

Lebih lanjut Arief menjelaskan bahwa program ini sejalan dengan program UNWTO, di mana saat ini ada 18 destinasi pariwisata internasional telah terdaftar sebagai lokasi STO di UNWTO. Dari 18 destinasi wisata ini, 5 di antaranya berasal dari Indonesia, yakni Pangandaran (Jabar), Sleman (DIY), Sesaot Lombok (NTB), Samosir/Danau Toba (Sumut), dan Sanur (Bali).

Agar program ini dapat menjadi program pengembangan yang berkelanjutan, Kemenpar kemudian menggandeng beberapa universitas setempat.

Perhelatan Sanur Village Festival 2015. (sanurvillagefestival.com)

Usaha ini mulai membuahkan hasil, bahkan Arief menyebut hal ini sebagai prospek cerah. Lima STO di atas berhasil menarik jumlah wisatawan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sebelumnya. Sleman contohnya, desa wisata Pulesari pada tahun 2016 berhasil menarik 52.947 wisatawan. Sedangkan desa ekowisata Pancoh berhasil menarik 2.784 wisatawan. Keduanya kemudian menyumbangkan pendapatan lebih dari 3 miliar rupiah.

Baca juga: Baca Juga : Kompas Travel Fair Kembali Hadir untuk Puaskan 'Dahaga' Traveler

Keberhasilan ini tidak terlepas dari penduduk lokal sebagai pengelolanya, dan usaha pendampingan yang diberikan oleh Kemenpar.

Dengan berbagai usaha ini, mungkin saja bila Indonesia kembali meraih podium pada 15th UNWTO Award. Namun satu hal yang tidak boleh dilupakan, semua ini tetap membutuhkan dukungan masyarakat Indonesia.