Nationalgeographic.co.id - Hidup di tengah lingkungan terisolasi yang membeku tidak lah mudah. Penguin Adelie sering terancam oleh banjir salju dan angin musim dingin yang keras.
Namun, penemuan kuburan massal yang berisi mumi penguin di Antartika Timur menunjukkan bahwa hidup di suhu yang semakin panas ternyata justru lebih sulit.
Di Long Peninsula, sekelompok peneliti dari University of Science and Technology of China, menemukan ratusan mumi penguin Adelie (Pygoscelis adeliae) yang diduga berkaitan dengan kematian massal 750 tahun lalu.
Berdasarkan analisis pada sisa-sisa tubuh dan endapan tanah di sekitar penguin, diketahui bahwa kematian mereka disebabkan oleh “anomali iklim yang ekstrem”.
Baca Juga : Sebuah Kendi Berisi Koin Emas Ditemukan di Gedung Teater Terbengkalai
Peneliti mengatakan, perubahan iklim akan membuat kondisi cuaca yang aneh ini semakin umum di masa depan. Dan kuburan massal penguin menjadi sesuatu yang normal untuk ditemukan.
“Jika perubahan iklim berlanjut, maka pemandangan seperti ini akan terus ada. Peristiwa kematian massal tersebut menjadi salah satu contoh ancaman yang meningkat pada penguin,” tulis para peneliti dalam studi mereka.
Studi yang dipimpin oleh Liguang Sun, ahli geokimia lingkungan ini, menemukan sisa-sisa mumi penguin selama ekspedisi pada Januari 2016. Terdapat penguin yang terawetkan dalam jumlah banyak di wilayah tersebut – dengan 10 hingga 20 bangkai per meter persegi.
“Mereka sudah menjadi mumi kering yang terawetkan dengan baik. Sebagian besar tubuh penguin utuh – struktur tulang, kulit, dan bulunya terlihat. Kebanyakan adalah penguin yang masih muda, dinilai dari ukuran dan permukaan tulang yang berpori,” papar peneliti.
Alasan mengapa anak-anak penguin sangat rentan terhadap cuaca ekstrem adalah karena bulu tahan air yang akan melindungi mereka belum tumbuh sepenuhnya.