Kuburan Massal Penguin di Antartika Ini Ungkap Bahaya Perubahan Iklim

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 12 September 2018 | 13:46 WIB
Koloni penguin Adelie (DurkTalsma/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Hidup di tengah lingkungan terisolasi yang membeku tidak lah mudah. Penguin Adelie sering terancam oleh banjir salju dan angin musim dingin yang keras.

Namun, penemuan kuburan massal yang berisi mumi penguin di Antartika Timur menunjukkan bahwa hidup di suhu yang semakin panas ternyata justru lebih sulit.

Di Long Peninsula, sekelompok peneliti dari University of Science and Technology of China, menemukan ratusan mumi penguin Adelie (Pygoscelis adeliae) yang diduga berkaitan dengan kematian massal 750 tahun lalu.

Berdasarkan analisis pada sisa-sisa tubuh dan endapan tanah di sekitar penguin, diketahui bahwa kematian mereka disebabkan oleh “anomali iklim yang ekstrem”.

Baca Juga : Sebuah Kendi Berisi Koin Emas Ditemukan di Gedung Teater Terbengkalai

Peneliti mengatakan, perubahan iklim akan membuat kondisi cuaca yang aneh ini semakin umum di masa depan. Dan kuburan massal penguin menjadi sesuatu yang normal untuk ditemukan.

“Jika perubahan iklim berlanjut, maka pemandangan seperti ini akan terus ada. Peristiwa kematian massal tersebut menjadi salah satu contoh ancaman yang meningkat pada penguin,” tulis para peneliti dalam studi mereka.

Kuburan massal penguin di Long Peninsula (Yuesong Gao/Institute of Polar Environment)

Studi yang dipimpin oleh Liguang Sun, ahli geokimia lingkungan ini, menemukan sisa-sisa mumi penguin selama ekspedisi pada Januari 2016. Terdapat penguin yang terawetkan dalam jumlah banyak di wilayah tersebut – dengan 10 hingga 20 bangkai per meter persegi.

“Mereka sudah menjadi mumi kering yang terawetkan dengan baik. Sebagian besar tubuh penguin utuh – struktur tulang, kulit, dan bulunya terlihat. Kebanyakan adalah penguin yang masih muda, dinilai dari ukuran dan permukaan tulang yang berpori,” papar peneliti.

Sisa-sisa penguin yang terawetkan sejak 750 tahun lalu. (Yuesong Gao/Institute of Polar Environment)

Alasan mengapa anak-anak penguin sangat rentan terhadap cuaca ekstrem adalah karena bulu tahan air yang akan melindungi mereka belum tumbuh sepenuhnya.

“Ketika terpapar hujan deras dan badai salju, anak-anak penguin ini bisa langsung mati atau mengalami pertumbuhan yang lambat akibat hipotermia,” tambah peneliti.

Baca Juga : Menghidupkan Kembali Mammoth, Ilmuan: Hal Tersebut Mungkin Terjadi

Meskipun mumi-mumi penguin yang ditemukan di Antartika tersebut berasal dari 750 tahun lalu, namun kematian massal akibat iklim yang parah juga terjadi baru-baru ini.

Saat musim kawin 2013-2014, 100% anak penguin mati akibat serangan hujan dan salju yang berkepanjangan di Pulau Petrel. Para peneliti menyebutnya sebagai “kegagalan berkembang biak” dan itu dikaitkan dengan cuaca yang tidak biasa dan ekstrem.

Walaupun mengalami ancaman, namun kabar baiknya, penguin Adelie masih jauh dari kata punah. Ini berkat penyebaran 250 superkoloninya di sepanjang Antartika.