Nationalgeographic.co.id – Para arkeolog berhasil menemukan altar batu berusia 1.500 tahun peninggalan suku Maya Kuno di La Corona, di hutan Guatemala.
Penemuan ini merupakan monumen tertua yang pernah ditemukan di situs La Corona dari periode Maya, yang berlangsung dari 250 hingga 900 A.D.
Sebuah analisis pada ukiran altar mengungkap betapa kuatnya dinasti Kaanul yang memimpin dataran rendah Maya selama 200 tahun.
“Penemuan altar ini memungkinkan kami untuk mengidentifikasi raja baru La Corona yang tampaknya memiliki hubungan politik yang dekat dengan ibu kota Kerajaan Kaanul, Dzibanche, dan kota terdekat El Peru-Waka,” kata Marcello Canuto, direktur Middle American Research Institute dan wakil pemimpin La Corona Regional Archaeological Project (PRALC).
Baca Juga : Bukan Roti, Nenek Moyang Manusia Mengolah Gandum untuk Membuat Bir
Pada altar yang diukir dari lempengan batu kapur besar tersebut, terdapat gambar raja Chak Took Ich’aak – yang sebelumnya tidak pernah dikenal – membawa ular berkepala dua.
Canuto mengatakan, kekuatan dewa pelindung situs itu berasal dari kepala ular yang bersatu. Hewan melata ini muncul bukan karena kebetulan, sebab pemimpin dinasti Kanuul memang dikenal dengan sebutan “Raja Ular”.
Baca Juga : Penemuan Jejak Fosil Dickinsonia, Salah Satu Hewan Pertama Bumi
“Untuk beberapa abad selama periode Klasik, raja-raja Kaanul mendominasi dataran rendah Maya,” kata Tomas Barrientos, wakil pemimpin proyek arkeologi tersebut sekaligus direktur Center for Archaeological and Anthropological Research di University of the Valley of Guatemala.
“Altar ini memberikan informasi mengenai strategi awal ekspansi mereka. Menunjukkan bahwa La Corona juga memainkan peran penting dalam peradaban Maya,” tambahnya.
Ke depannya, tim peneliti akan menyelidiki altar lebih lanjut untuk mengetahui apakah itu menyimpan rahasia lain terkait kekuasaan Kanuul di dataran rendah Maya.