Bulan lalu, periset dari Great Maya Aquifer Project (GAM) mengumumkan penemuan sistem gua bawah laut terbesar di dunia. Gua itu terbentuk akibat bergabungnya dua sistem gua bawah air raksasa yang sebelumnya dikenal, Sac Actun dan Dos Ojos, di Semenanjung Yucatán di Meksiko.
Kini, para peneliti mengungkap temuan-temuan di dalam gua tersebut kepada publik.
Dalam sistem gua tersebut, arkeolog bawah air menemukan sisa-sisa sloth raksasa berusia 15.000 tahun, prototipe gajah yang disebut gomphotheres, beruang, serta altar persembahan bagi dewa perang dan perdagangan suku Maya.
Baca juga: Kota Kuno Suku Maya Ditemukan di Hutan Rimba Guatemala
Para arkeolog juga menemukan lebih dari 120 artefak, meliputi tulang belulang manusia yang terbakar, keramik, dan etsa dinding di dalam gua, beberapa di antaranya telah berumur lebih dari 12.000 tahun. Satu tengkorak manusia yang ditutupi endapan batu kapur air laut berusia 9.000 tahun.
Selain itu, periset mengatakan bahwa tingkat air di sistem gua sepanjang 346 km itu telah berfluktuasi dari waktu ke waktu, menyediakan sumber air yang sangat dibutuhkan selama masa-masa kekeringan parah.
Misalnya, permukaan air naik lebih dari 90 meter di akhir Zaman Es, membanjiri sistem gua dan melestarikan sisa-sisa megafauna yang telah punah. Manusia kemungkinan tidak tinggal di gua, tapi mungkin mengunjunginya untuk mencari air.
Baca juga: Kanal Ditemukan di Bawah Piramida Suku Maya, Inikah Jalan Simbolis Menuju Akhirat?
Arkeolog telah menjelajahi sistem gua ini selama beberapa dekade, dan penemuan terbaru ini konsisten dengan artefak manusia dan megafauna yang sebelumnya ditemukan di dunia bawah laut Yucatán. Ukuran gua yang begitu besar membuat penemuan baru ini menjadi luar biasa.
“Sangat tidak mungkin ada situs lain di dunia dengan karakteristik seperti ini,” kata Guillermo de Anda, seorang National Geographic explorer yang juga menjadi direktur GAM.
"Ada sejumlah artefak arkeologi yang mengesankan di dalam, dan tingkat pelestariannya juga mengesankan,” sambungnya.
Meski begitu, para ahli memperingatkan bahwa sistem gua tersebut kini terancam oleh polusi.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR