Nationalgeographic.co.id – Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa ikan lentera yang tinggal di laut dalam dapat membantu menyebarkan parasit ke paus sperma dan cumi-cumi raksasa.
Studi terbaru yang dipublikasikan pada Deep-Sea Research Part I, mencoba menyoroti cacing parasit -- dikenal dengan nama Anisakis brevispiculata – yang bisa menginfeksi paus sperma. Parasit ini diketahui mirip dengan spesies yang menimbulkan berbagai penyakit pada manusia.
“Anisakis terdapat di mana-mana di lautan, tapi masih sedikit yang diketahui tentangnya,” kata Fracisco Aznar, profesor di bidang zoologi di Marine Zoology Unit, University of Valencia.
Baca Juga : Kabar Baik, Populasi Harimau Meningkat Dua Kali Lipat di Nepal
Sementara itu, ikan lentera adalah makhluk bioluminescence yang menghasilkan cahaya di kegelapan dan merupakan hewan laut dalam. Beberapa spesiesnya bermigrasi ke permukaan di malam hari -- kemungkinan mengikuti zooplankton atau mangsa ikan yang lebih kecil.
Migrasi tersebut memungkinkan ikan lentera, yang jumlahnya sangat banyak di laut, bertindak sebagai penghubung antara zooplankton laut dalam dengan predator yang tinggal di wilayah atas.
Dari bawah ke atas
Ada banyak jenis cacing anisakis. Beberapa di antaranya dapat menginfeksi tiga spesies atau lebih, melompat dari satu ke yang lainnya.
Rantai makanannya bermula setelah parasit menetas dari telur dan menginfeksi krustasea yang akan termakan ikan-ikan kecil.
Kemudian, mereka akan berakhir di perut mamalia laut – terutama paus dan lumba-lumba – di mana mereka memberi makan, kawin, dan menghabiskan sisa hidupnya sambil bertelur di sana.
Telur-telur parasit lalu dikeluarkan melalui feses paus dan kembali dicerna oleh krustasea.
Meskipun parasit spesifik yang ada di paus sperma tidak ditemukan pada tubuh manusia, tetapi spesies anisakis yang mirip dengannya dapat menginfeksi kita melalui makanan laut mentah atau yang tidak dimasak dengan baik.
Gigitan pada sushi yang tidak steril dapat menyebabkan beberapa gejala seperti muntah-muntah, diare, reaksi alergi, dan sakit perut. Pada kasus yang parah, tindakan operasi mungkin dibutuhkan.
Masalah paus
Tidak seperti manusia, menurut Aznar, lebih sulit menentukan gejala ‘keracunan’ pada paus. Infeksi parasit yang ekstrem dapat menyebabkan peradangan, maag, perforasi perut, hingga kematian.
Parasit anisakis sudah lama diketahui berada di perut paus sperma. Namun, vektor pembawanya tidak diketahui sampai para peneliti di India mengirimkan Aznar sampel ikan lentera dari Laut Arab.
“Mereka menemukan cacing parasit tersebut pada ikan lentera, tapi tidak mengetahui jenis spesies apa itu,” kata Aznar.
Hasil pengujian pada DNA mengungkap bahwa cacing tersebut sangat identik dengan yang ditemukan pada paus sperma.
Meski begitu, ada beberapa pertanyaan yang muncul setelahnya. Pertama, apakah paus sperma langsung memakan ikan lentera atau ikan tersebut menyebarkannya ke cumi-cumi terlebih dahulu sebelum akhirnya dilahap paus sperma.
Baca Juga : Konflik Manusia dan Beruang Meningkat di Alaska, Apa Penyebabnya?
Hasilnya, menurut Aznar, ikan lentera yang mengandung cacing parasit kemungkinan berada di dalam perut cumi-cumi terlebih dahulu dan tidak dimakan langsung oleh paus sperma.
Isaure de Buron-Connors, profesor biologi di College of Charleston yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan bahwa informasi mengenai parasit ini sangat penting karena dapat melestarikan spesies laut. Terutama karena parasit dapat memengaruhi tingkah laku inangnya – membuat hewan laut makan lebih banyak dan berenang lebih cepat atau lambat.
“Semua itu dapat memengaruhi keseluruhan ekosistem,” pungkasnya.