Tentu saja, setiap orang mengalami homesick dengan cara yang berbeda-beda. Klapow mengatakan, biasanya dia mengategorikan manifestasi gejala fisik dari homesick ke dua jenis ‘keranjang’ yang berbeda.
“Yang pertama adalah ‘keranjang’ kecemasan. Saat homesick, Anda akan merasakannya di perut – membuat tidak nyaman, gugup, stres, dan tegang karena berada di tempat atau situasi yang tak familiar.
Itu akan memicu respons fight or flight. Semacam hal adaptif yang melindungi diri kita dari bahaya ketika ada sesuatu yang tidak diketahui.
“Ketika kita berpikir tentang rumah, kita akan merasa aman karena tahu tidak ada bahaya di sana. Jadi perasaan tersebut membuat kita ingin pulang ke rumah,” papar Klapow.
Baca Juga : Tingkat Pembunuhan Tinggi, Kondisi Afrika Selatan Mirip Zona Perang
Selain itu, ‘keranjang’ kedua adalah tentang kesedihan dan kerinduan.
“Kenyamanan rumah menjadi seseorang yang kita rindukan dan itu dapat menciptakan kesedihan,” jelas Klapow.
Bagaimana mengatasinya?
Chansky, Klapow, and Warren setuju bahwa cara utama mengatasi homesick adalah dengan menormalkan perasaan tersebut.
“Katakan kepada diri sendiri bahwa ini adalah hal yang normal. Perasaan buruk hanya terjadi sementara dan akan berubah nantinya,” kata Chansky.
Ia menyarankan, jika mulai rindu terhadap rumah, sebaiknya kita menemukan kedai kopi atau tempat lain yang dapat dikunjungi berulang-ulang hingga terasa familiar. Seiring berjalannya waktu, itu akan membentuk kelekatan baru.
“Homesick merupakan bagian dari sebuah proses. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk melakukan penyesuaian dan memegang kendali atas rasa rindu tersebut, Jika kita terus beradaptasi dengan transisi, maka kita akan merasa lebih nyamand an terhubung dengan tempat baru,” pungkasnya.