Mengapa Tsunami Palu Begitu Dahsyat dan Mematikan? Ini Penjelasannya

By National Geographic Indonesia, Kamis, 4 Oktober 2018 | 15:27 WIB
Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala ()

Sistem sesar/patahan ini lumayan besar, dan akibat proses erosi, telah menghasilkan lembah sungai dan estuari yang lebar. Lembah sungai Palu, beserta estuarinya yang menjadi lokasi ibu kota Palu, telah terbentuk oleh sistem sesar yang kompleks ini.

Penelitian terhadap gempa prasejarah di sepanjang sistem sesar ini menunjukkan, patahan ini menimbulkan gempa berkekuatan 7-8 Richter setiap kira-kira 700 tahun.

Lantai laut membentuk gelombang

Faktor penting tsunami lainnya adalah kedalaman dan bentuk lantai laut, yang menentukan kecepatan gelombang awal. Gempa zona subduksi yang kuat di lantai laut dapat menyebabkan seluruh kolom air terangkat, lalu jatuh kembali.

Karena air memiliki momentum, maka air dapat jatuh lebih rendah dari permukaan air dan menciptakan osilasi/ayunan yang kuat.

Tonjolan air yang bergerak menjauhi pusat gempa mungkin tidak terlalu tinggi (jarang melebihi satu meter), tetapi massa airnya sangat sangat besar (tergantung area permukaan yang berpindah akibat gempa).

Gelombang tsunami dapat bergerak sangat cepat, mencapai kecepatan pesawat jet. Pada laut sedalam 2 km, tsunami dapat bergerak 700 km/jam. Pada laut yang amat dalam, tsunami dapat mencapai 1000 km/jam.

Ketika gelombang mendekati pesisir yang lebih dangkal, kecepatannya berkurang dan ketinggiannya bertambah. Tsunami mungkin saja hanya setinggi 1 meter di laut terbuka, tapi meningkat hingga 5-10 meter di pesisir.

Jika pantainya curam, maka dampak ini bisa berlipat ganda dan menimbulkan gelombang setinggi puluhan meter.

Gelombang air memang semakin pelan mendekati pesisir, tetapi tetap dapat menggenangi wilayah daratan beberapa kilometer dari bibir pantai karena kecepatan awalnya sudah sedemikian tinggi.

Sementara itu, topografi lantai laut berdampak pada kecepatan gelombang tsunami, yang bergerak lebih cepat pada area dalam dan lebih lambat pada area dangkal. Tanah yang curam, baik di atas maupun di bawah air, dapat membengkokkan dan memantulkan gelombang.

Garis pantai di kepulauan Indonesia teraksentuasi, terutama di bagian timur dan khususnya Sulawesi. Palu memiliki teluk yang sempit, panjang, dan dalam—sempurna untuk membuat tsunami lebih dahsyat dan mematikan.