Perang Tersingkat Sepanjang Sejarah, Inggris Melawan Zanzibar

By Nesa Alicia, Selasa, 9 Oktober 2018 | 11:52 WIB
Pasukan Zanzibar di depan reruntuhan. ()

Nationalgeographic.co.id - Pada tahun 1896, sebuah perang antara Inggris dan Zanzibar terjadi. Perang ini kemudian menjadi perang tercepat dan tersingkat dalam sejarah. Peperangan ini terjadi hanya karena Khalid bin Barghash menjadi seorang Sultan.

Bermula pada tahun 1893, Hamad bin Thuwaini diberikan kedudukan karena mendukung Inggris (pro Inggris) di daerah itu. Hamad memerintah lebih dari 3 tahun, hingga pada tanggal 25 Agustus 1896 ia meninggal secara mendadak di istananya. Hingga kini masih tidak diketahui penyebab kematiannya. Namun, banyak yang meyakini bahwa Hamad diracuni oleh Khalid bin Barghash, sepupunya sendiri.

Tuduhan tersebut diyakini karena sebuah alasan: Beberapa jam setelah kematian Hamad, Khalid segera ke istana dan mengambil alih posisi Hamad sebagai Sultan, tanpa persetujuan Inggris. Selain itu, sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangai pada tahun 1886, untuk mendapatkan posisi Sultan, seseorang harus mendapatkan persetujuan dari konsul Inggris.

Baca Juga : Objek Misterius Mirip Piring Terbang Terdampar di Pulau Seabrook

Para diplomat Inggris sama sekali tidak senang atas pergantian posisi sultan yang terjadi secara mendadak ini. Apalagi, Khalid tidak seperti Hamad, yang mendukung Inggris. Khalid justru mendukung untuk menyeruakan kemerdekaan Zanzibar. 

Sebagai info, saat itu, Zanzibar merupakan negara jajahan Inggris.

Basil cave, diploma utama dengan cepat menyatakan bahwa Khalid harus mundur dari posisinya. Namun, Khalid mengabaikan peringatan Cave dan ia mulai mengumpulkan pasukannya di sekitar istana. 

Pasukan yang dikumpulkan telah dipersenjatai dengan baik, meskipun beberapa senjata dan meriam sebenarnya merupakan hadiah diplomatik untuk para sultan dari tahun ke tahun.  

Istana Kesultanan ()

Pada 25 Agustus, sebanyak 3.000 pasukan diturunkan untuk mengamankan istananya dan dilengkapi dengan beberapa senjata artileri dan sebuah Royal Yacht bersenjata ringan di pelabuhan terdekat.

Pada saat yang sama, Inggris sudah menyiapkan dua kapal perang, HMS Philomel dan HMS Rush yang telah berlabuh di pelabuhan. Para pasukannya dengan cepat dikirim ke darat untuk melindungi Konsulat Inggris dan menjaga penduduk setempat dari kerusuhan.

Cave juga meminta bantuan dari kapal Inggris terdekat lainnya, yaitu Sparrow HMS, yang memasuki pelabuhan pada malam harinya.