Nationalgeographic.co.id - Amazon memang terkenal sebagai rumah bagi beberapa suku yang belum tersentuh kehidupan perkotaan. Salah satunya adalah kehidupan manusia dari suku pedalaman di Ekuador, dekat dengan perbatasan Peru yang hobi memakan monyet. Mereka adalah suku Huaorani.
Suku Huaorani masih menggunakan peralatan tradisional dalam berburu kebutuhan pangan mereka. Mungkin Anda bisa membayangkan kehidupan layaknya di film Tarzan.
Diperkirakan masih terdapat sekitar 4.000 orang Huaorani yang hidup dan tinggal di dalam lebatnya hutan. Mereka hidup berkelompok dan membangun kehidupan di hutan Amazon.
Baca Juga : Viral Sari Buah Pisang Cair Mengandung Narkoba, Berikut Ini Faktanya
Pemerintah Ekuador sendiri mendirikan Kawasan Etnis Waorani untuk melindungi kawasan hutan yang mereka tinggali.
Hal ini dilakukan untuk menjaga ekosistem di sana. Bayangkan, bila hutan tempat tinggal mereka rusak, monyet dan hewan lain yang mereka konsumsi untuk bertahan hidup pun akan ikut hilang.
Suku Huaorani akan memburu mangsanya, seperti monyet dan babi untuk dikonsumsi. Mereka akan memanjat pohon dan memburu monyet serta babi. Tidak menggunakan alat yang canggih, mereka hanya menggunakan sumpit yang berisi "jarum" untuk melumpuhkan mangsanya.
"Peluru" yang ditiupkan ini bukan sekadar benda kecil tajam, namun sudah dilumuri dengan racun.
Layaknya suku pedalaman yang lain, suku Huaorani tidak mengenakan pakaian sehelai pun. Meski demikian, mereka ahli dalam membuat ornamen kepala seperti topi atau headband.
Selain tidak mengenakan pakaian, satu hal yang membuat mereka berbeda dengan orang lain adalah bentuk kaki dengan susuan jari yang melebar. Terutama pada bagian ibu jari.
Tidak hanya itu, bahkan banyak dari mereka memiliki jumlah jari kaki yang lebih dari jumlah manusia "normal".
Suku Huaorani tinggal tidak jauh dari Rio Napo, wilayah hutan raksasa Amazon, dekat dengan Peru. Pete mengabadikan suku pedalaman ini dan menyebutnya sebagai "orang hutan yang selaras dengan hutan".
"Sekarang mereka menghadapi perubahan radikal yang mampu menggerus budaya mereka. Ada eksplorasi minyak di wilayahnya. Juga di Taman Nasional dan Biosphere yang mengubah kehidupan sekitarnya," ucap Pete.
Suku Huaorani terkadang juga disebut sebagai suku Waorani atau Waos. Yaitu suku Amerindian asli yang menggunakan bahasa beruang.
Baca Juga : Dua Buaya Muncul di Kali Anak Ciliwung, Salah Satunya Termasuk Jenis Langka
Ia menyebutkan bahwa bahasanya bahkan tidak menggunakan lidah sepereti Quechua yang digunakan mayoritas irang Ekuador.
"Dalam kehidupan dunia jadi saksi perubahan budaya dan ilmu pengetahuan. Kita semua seperti menyatu dalam hal yang sama. Bagiku jadi hal yang menyedihkan. Kebahagiaan terbesarku adalah menghabiskan waktu bersama orang yang tak seperti diriku. Saya jadi sadar yang asing adalah saya, bukan suku ini," ucap Pete.