Wabah Pes Kembali Hantui Madagaskar, Beberapa Orang Dilaporkan Meninggal

By Loretta Novelia Putri, Jumat, 12 Oktober 2018 | 11:37 WIB
Ilustrasi penyakit pes yang hantui masyarakat (marcogarrincha/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Madagaskar kembali dihantui oleh wabah Pes. Kementrian Madagaskar mencatat delapan kasus pes dalam kurun waktu 1 Agustus hingga 13 September 2018. Beberapa orang bahkan dilaporkan meninggal akibat penyakit tersebut, enam orang dilaporkan tengah menjalani proses pemulihan, sementara dua lainnya meninggal dunia.

Melansir dari AFP pada Jumat (12/10/2018), kasus pertama pes pada tahun ini terjadi di Kota Fiadanana, yang kemudian berlanjut menyerang ke kota Ambalavao. Kasus pes memang seakan kembali setiap bulan September hingga April.

Sejak 1980, Madagaskar dihantui oleh penyakit ini. Mayoritas kasus pes di Madagaskar disebabkan oleh tikus yang melarikan diri dari kebakaran hutan.

Baca Juga : Anjing Tidak Secerdas yang Kita Kira, Menurut Sebuah Penelitian

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat ada 300 hingga 600 kasus yang terjadi setiap tahunnya di negara dengan populasi penduduk sebesar 25 juta orang ini.

Pada tahun lalu, beberapa kasus pes bermunculan jauh lebih awal dari biasanya. Wabah pes juga mulai memasuki sejumlah kota di Madagaskar. Sudah tercatat lebih dari 200 orang yang meninggal dunia akibat epidemi pes.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mengeluarkan imbauan mengenai kemungkinan membesarnya kasus pes pada tahun 2018.

Wabah pes sendiri, dapat menular pada manusia melalui gigitan kutu tikus yang terinfeksi bakteri Yersinia Pestis. Pes juga dimungkinkan dapat menular antar manusia melalui batuk.

Baca Juga : Tersisa 12 Tahun untuk Mencegah Terjadinya Bencana Dari Perubahan Iklim

Pes dapat berkembang secara cepat dan mengakibatkan kematian jika tidak segera ditangani. Umumnya, pes akan bertahan selama 24 hingga 72 jam sebelum pengobatan dilakukan.

Epidemi pes sempat tercatat dalam sejarah dunia dengan merenggut 75 juta hingga 700 juta nyawa manusia di Benua Eropa, Asia, dan kawasan Timur Tengah pada abad pertengahan. Kejadian tersebut, kemudian dikenal dengan sebutan “Maut Hitam”, "Wabah Hitam" atau “Black Death”.