Cuaca Terasa Semakin Panas, Masyarakat Mengeluh Belum Turun Hujan

By Loretta Novelia Putri, Kamis, 18 Oktober 2018 | 13:54 WIB
hot day summer concept closeup thermometer with warm color tone (coffeekai/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Pada bulan Oktober, banyak masyarakat di pulau Jawa mengeluhkan panasnya cuaca dan hujan yang tidak kunjung datang. Terkait hal ini, BMKG memperkirakan hujan akan turun terlambat 10 hingga 30 hari dari yang seharusnya. Sehingga hujan baru akan turun pada akhir Oktober atau awal November.

Menurut Drs. Zadrach Ledoufij Dupe M.Si, pakar meteorologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan bahwa jawabannya tergantung pada pemahaman masing-masing orang mengenai penyebab perubahan iklim.

Baca Juga : 5 Hal yang Mungkin Tidak Pernah Anda Ketahui Mengenai Air Asin

"Saya tanya, penyebab perubahan iklim apa? Jawabnya kan karbondioksida (CO2). Masalahnya, menurut saya, itu bukan CO2. Komponen utama perubahan iklim itu ada di manusia," ucap Zadrach, dilansir dari Kompas, Kamis (18/10/2018) .

Zadrach membandingkan kondisi kota di pulau Jawa pada generasi sebelumnya dengan generasi saat ini yang ia nilai jauh berbeda.

"Zamannya ayah Anda itu berapa jumlah penduduknya? Berapa bangunan yang ada? Berapa sawah dan sebagainya? Kan sekarang semua berubah jadi gedung. Lalu, kalau kita bilang (iklimnya) tidak berubah, ya mana mungkin," ucapnya lebih lanjut.

Zadrach juga menyebutkan, ketika Anda mengubah karakter permukaan Bumi, maka Anda juga mengubah keseimbangan energi yang datang dari matahari.

Karena jika energi matahari yang datang ke permukaan Bumi sama dengan yang keluar, suhu permukaan Bumi menjadi konstan atau tidak berubah.

Namun, ketika orang membangun jalanan beraspal, gedung bertingkat, dan kaca di mana-mana, komposisi radiasi matahari di Bumi juga akan berubah. Energi yang datang menjadi semakin besar, sedangkan yang keluar menjadi semakin sedikit karena terhalang oleh gas rumah kaca.

Fenomena itu disebut dengan Urban Heat Island atau pulau panas perkotaan, yaitu ketika sebuah wilayah metropolitan menjadi lebih hangat dari wilayah pedesaan di sekelilingnya.

Pada beberapa tahun silam, ketika musim panas di perkotaan hanya terjadi pada dua atau tiga kota di pulau Jawa saja, tetapi sekarang hampir semua titik di pulau Jawa berubah menjadi metropolitan sehingga panasnya merata.

"Kalau tidak mau (pulau panas perkotaan), ya jadikan saja semuanya hutan. Tapi, siapa yang mau tinggal di hutan? Siapa yang mau rumahnya dibongkar?," ucap Zadrach.