Badan Antariksa Eropa Luncurkan Pesawat Luar Angkasa Menuju Merkurius

By Loretta Novelia Putri, Senin, 22 Oktober 2018 | 11:02 WIB
Ilustrasi Planet Merkurius (3quarks)

Nationalgeographic.co.id - Badan Antariksa Eropa (ESA) baru saja meluncurkan pesawat luar angkasa buatan Inggris BepiColombo ke planet terdekat matahari yaitu Merkurius pada Sabtu (20/10/2018). BepiColombo meluncur di atas roket paling kuat milik ESA, Ariane 5.

Misi peluncuran pesawat antariksa tersebut merupakan kerja sama antara ESA dan Badan Antariksa Jepang (JAXA). Misi perjalanan ini akan dilaksanakan selama tujuh tahun. Tujuannya  untuk mengungkapkan misteri seputar planet Merkurius.

Dengan mengikuti “lintasan keluar” BepiColombo akan berayun melintasi Bumi dalam kurva yang lebar sebelum akhirnya menuju planet Venus.

Pesawat antariksa tersebut akan sampai ke planet paling dalam di tata surya pada tahun 2025. Setelah sesampainya di sana, pesawat tersebut akan menempatkan dua robot probe atau pengali di sekitar Merkurius.

Dua robot yang ditempatkan masing-masing merupakan milik ESA dan JAXA.

Baca Juga : Dijadikan Pengganjal Pintu, Meteorit Ini Ternyata Seharga 1,5 Miliar

"Peluncuran BepiColombo adalah tonggak besar bagi ESA dan JAXA, dan akan ada banyak kesuksesan besan di masa mendatang. Setelah menyelesaikan perjalanan yang menantang, misi ini akan membawa pulang banyak ilmu pengetahuan," ucap Jan Worner, Direktur Umum ESA.

Ilmuwan berharap misi yang bernilai sebesar Rp27,8 triliun ini akan menjawab banyak pertanyaan tentang planet Merkurius. Seperti mengapa planet tersebut memiliki inti besar yang terbuat dari besi dan apakah itu mampu menahan jejak air.

Hasil misi yang dilakukan oleh ESA dan JAXA ini dapat memberikan wawasan baru tentang asal usul dan evolusi tata surya.

Fitur utama BepiColombo dilengkapi dengan teknologi propulsi ion listrik yang canggih, yang dapat menembak dua kali pada satu waktu. Itu juga akan memancarkan sinar gas xenon bermuatan listrik. Tembakan bertindak sebagai rem dalam melawan gravitasi matahari yang sangat besar.

“Ini merupakan salah satu misi antarplanet yang paling kompleks yang pernah kami lakukan,” ucap Andrea Accomazzo, direktur penerbangan ESA untuk pesawat tersebut.

"Salah satu tantangan terbesar adalah gravitasi Matahari yang sangat besar, yang menyulitkan menempatkan pesawat ruang angkasa ke orbit yang stabil di sekitar Merkurius," tambahnya.