Teripang Langka Tanpa Kepala Ditemukan di Laut Samudera Selatan

By Loretta Novelia Putri, Selasa, 23 Oktober 2018 | 10:34 WIB
teripang tanpa kepala ditemukan di laut (noaa)

Nationalgeographic.co.id - Teripang langka yang dikenal dengan sebutan “monster ayam tanpa kepala”, baru-baru ini berhasil direkam oleh ilmuwan dari Divisi Antartika Australia (AAD). Ia pertama kalinya terlihat di kedalaman Samudera Selatan.

Teripang laut yang memiliki nama ilmiah Enypniastes Eximia ini, terekam oleh kamera bawah laut di kapal penangkap ikan milik AAD yang beroperasi di Antartika.

Dirk Welsford, salah satu peneliti, mengatakan bahwa penemuan organisme tersebut sangat mengejutkan. Makhluk ini ditemukan ketika sedang mengambang sekitar tiga kilometer di bawah permukaan air, di lepas pantai Pulau Heard.

"Kami belum pernah melihatnya di kawasan tersebut. Pada saat itu, tidak ada dari kami yang benar-benar tahu jenis apa dia. Jadi, kami melakukan apa yang dilakukan banyak ilmuwan dan mencari tahu," ucap Dr Welsford.

Baca Juga : Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan, Aksi #SayaPilihBumi Kembali Digelar

Sementara kebanyakan teripang tidak bisa berenang, monster ayam tanpa kepala ini mampu bergerak menyusuri kedalaman laut. Ia bahkan bisa menyelam ke dasar laut untuk mendapatkan makanan.

"Makhluk ini cukup karismatik dengan gerakannya yang seakan seperti terbang melewati kamera. Yang tidak biasa adalah teripang itu bisa berenang," ucapnya.

Dr Welsford menyebutkan julukan aneh organisme tersebut menjadi bahan tertawaan para ilmuan kelautan ketika pertama kali melihat teripang tersebut.

"Makhluk itu memang terlihat sedikit seperti ayam. Dan saya rasa, itu nama yang keren," imbuhnya.

Kondisi cuaca yang ekstrem dan terpencil di Samudera Selatan menyebabkan banyak makhluk penghuni laut dalam masih menjadi misteri. Beruntung, dengan kemajuan teknologi seperti kamera kecil dan murah telah membantu pencarian yang dilakukan oleh AAD saat menjelajahi kedalaman laut Samudera Selatan.

Kamera bawah laut yang digunakan dalam penelitian tersebut memiliki kualitas yang sama dengan kamera smartphone. Hanya saja, kamera tersebut ditempatkan di casing yang aman untuk menahan tekanan air yang tinggi dan suhu di bawah nol.

"Karena teknologi sekarang sudah portabel dan sangat murah, kami berharap dapat menempatkan kamera di hampir setiap kapal nelayan yang turun ke selatan, sehingga kami dapat dengan cepat mendapatkan banyak data tentang apa yang terjadi di sana, dengan cara yang tidak pernah dilakukansebelumnya," papar Dr Welsford.