Ilmuwan Berhasil Selamatkan Bayi Gurita yang Terjebak Sampah Plastik

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 30 Oktober 2018 | 10:41 WIB
Bayi gurita yang berhasil diselamatkan dari kepungan sampah plastik. (Kaloko-Honokōhau National Historical Park Hawaii)

Nationalgeographic.co.id – Ahli biologi kelautan yang sedang meneliti terumbu karang di Hawaii berhasil menyelamatkan dua bayi gurita yang mengambang di antara sampah plastik pada Kamis (25/10) lalu.

Para peneliti kemudian mengambil cephalopoda kecil ini dari kepungan sampah dan melepaskannya di perairan bersih.

Kaloko-Honokōhau National Historical Park di Hawaii membagikan foto bayi gurita tersebut pada Agustus lalu. Namun, itu dipublikasikan kembali baru-baru ini oleh Departemen Dalam Negeri AS melalui akun media sosial mereka.

Baca Juga : Pemanasan Global Terjadi Lebih Cepat, Ini Bahaya yang Menghantui Bumi

Bayi gurita yang ditemukan tersebut diduga merupakan jenis gurita siang (Octopus cyanea) dan gurita malam (Callistocpus ornatus), dua spesies yang tinggal di perairan Hawaii.

Sallie Beavers, ahli ekologi kelautan dari Kaloko-Honokōhau National Historical Park mengatakan bahwa gurita siang dapat tumbuh untuk memiliki rentang lengan berukuran 80 sentimeter. Sementara itu, rentang lengan gurita malam dewasa bisa mencapai dua meter.

Bayi gurita yang ditemukan tersebut diduga merupakan jenis gurita siang (Octopus cyanea) dan gurita (Kaloko-Honokōhau National Historical Park)

Diketahui bahwa bayi gurita ini menghabiskan awal kehidupannya dengan berlindung di bawah batang kayu. Sama seperti hewan laut lainnya, ia juga rentan terhadap bahaya polusi plastik.

Beruntung, bayi gurita itu berhasil ditemukan para peneliti dan dilepaskan kembali dengan aman ke perairan kecil namun terlindungi.

Baca Juga : Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan, Aksi #SayaPilihBumi Kembali Digelar

Belum lama ini, para ilmuwan juga menemukan fakta bahwa bintang laut yang hidup sedalam satu mil di bawah permukaan samudra telah menelan mikroplastik selama beberapa dekade.

“Kami pikir jumlah mikroplastik di laut akan berkurang seiring berjalannya waktu. Namun, ternyata yang terjadi kebalikannya. Mikroplastik justru telah ada di lokasi laut dalam sejak 1976,” papar Winnie Courtene-Jones, peneliti yang menemukan bintang laut tersebut, kepada Newsweek.