Menjadi Agen Perubahan, Menuju Rumah Minim Sampah

By Diky Wahyudi Lubis, Jumat, 9 November 2018 | 14:28 WIB
(Diky Wahyudi Lubis)

Nationalgeographic.co.id - Yogyakarta memang dikenal sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan komunitas berbasis keluarga, perempuan, edukasi dan pemberdayaan yang cepat dan berkembang.

Salah satu hal yang menjadi latar belakang masyarakat Yogyakarta—maupun masyarakat lainnya—berani melangkah maju dalam berbagai gerakan yang memiliki tujuan positif adalah adanya kemampuan dalam berpikir secara terbuka. Dalam artian, terbuka terhadap berbagai perubahan perilaku positif.

Dampaknya adalah bertambahnya jumlah masyarakat yang memiliki pemikiran berkembang terhadap perubahan. Salah satunya adalah perubahan dalam pola hidup. Pola hidup menghasilkan sampah perlahan tapi pasti mulai berubah menjadi hidup minim sampah, atau yang dikenal dengan zero waste. Tujuannya? Tentu untuk membantu mengurangi permasalahan sampah di Bumi.

Baca Juga : Untuk Kesekian Kalinya, Potongan Plastik Ditemukan di Tubuh Hewan Laut

Seperti yang kita ketahui, The Great Pacific Garbage, atau Kumpulan-kumpulan sampah plastik di Samudera Pasifik kini meluas dengan ukuran yang sepertinya tidak masuk akal. Kumpulan sampah-sampah plastik yang mengambang di lautan antara Hawaii dan California ini terus membesar hingga berukuran 1,6 juta km2.

Luas hamparan sampah yang terapung ini hampir seluas daratan Indonesia (1,9 juta km2). Hal ini dilaporkan dalam jurnal Scientific Reports yang dipublikasikan oleh majalah Nature.

Dalam studi tersebut disebutkan bahwa sampah di wilayah ini telah mengalami peningkatan sebesar 10 hingga 16 kali lebih banyak dari jumlah yang diduga sebelumnya. Satu hal yang menjadi fakta menyeramkan adalah bahwa sampah di sana tidak mengalami pengurangan. Bayangkan, apa yang akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan.

(Diky Wahyudi Lubis)

Menanggapi permasalahan sampah ini, berbagai ide kreatif pun muncul. Salah satunya adalah langkah pengolahan sampah di Yogyakarta. Tujuannya sederhana, untuk mengajarkan masyarakat dalam mengelola sampah atau limbah rumah tangga.

Di Yogyakarta sendiri tercatat ada sebanyak 150-an bank sampah yang "hidup" dan semakin membesar.

DK Wardhani, penggagas kelas daring belajar zero waste dan penulis buku "Menuju Rumah Minim Sampah" memilih Yogya sebagai tempat untuk berbagi mengenai bagaimana menerapkan gaya hidup minim sampah di kehidupan sehari-hari. Tentu dengan cara yang tidak membosankan, melalui acara Zero Waste Moment

Proses sharing dan diskusi. (Diky Wahyudi Lubis)