Empat Situs Peninggalan Belanda yang Tersembunyi di Jatinegara

By Tiara Syabanira Dewantari, Rabu, 14 November 2018 | 14:05 WIB
Suasana jalanan di Meester Cornelis, Batavia, sekitar 1900-1940. Kini, seputaran Jatinegara. (Wikimedia Commons/Tropenmuseum)

Sebelum diresmikan sebagai Museum Taman Benyamin Sueb pada September 2018, gedung ini merupakan Eks Kodim 0505. Berlokasi diseberang stasiun Jatinegara, gedung ini pernah menjadi kediaman pangreh praja pada pertengahan abad ke-19.

Semenjak diambil alih oleh pemerintah daerah, bangunan tua ini sudah mengalami banyak renovasi. Bahkan, beberapa bangunan baru sudah ada di halaman belakang gedung.

“Awalnya gedung ini berada di tangan militer sehingga tidak terurus. Namun semenjak diambil alih oleh Pemda, kondisinya menjadi lebih baik,” tutur Zeffry.

Gedung Eks Kodim 0505 ini telah menjadi museum penyimpanan koleksi Benyamin Sueb, dan rencananya akan dikembangkan lagi menjadi pusat pelestarian budaya Betawi. Masih banyak koleksi yang belum dipajang dalam museum ini dengan alasan keamanan. Beberapa hanya ditampilkan pada waktu tertentu saja.

Pasar Jatinegara

Mester Passer adalah nama yang sebelumnya diberikan kepada Pasar Jatinegara. Nama yang diberikan untuk pasar ini beragam, mulai dari Pasar Mester hingga Pasar Kamis karena dulu hanya buka pada hari Kamis.

Jika berjalan menelusuri pasar ini, kita masih bisa melihat beberapa bangunan yang memiliki atap asli bergaya Belanda--meskipun sudah banyak yang mengalami perubahan. Beberapa bangunan juga sudah dihilangkan untuk kepentingan jalan.

Baca Juga : Sempat Menjadi Sajian Mewah, Begini Sejarah Es Batu di Indonesia

“Tempat ini sudah tidak dimanfaatkan lagi sebagai rumah untuk ditinggali, melainkan hanya untuk kepentingan berdagang saja,” terang Zeffry sembari berjalan memperlihatkan masing-masing toko yang ada di pasar ini.

Di dalam pasar Jatinegara juga terdapat Klenteng yang sudah ada sejak 330 tahun lalu, yaitu Klenteng Amurva Bhumi. Klenteng ini telah direnovasi sehingga tidak terlihat bagaimana bentuk lamanya. Berdasarkan cerita yang beredar, klenteng ini dibangun demi kepentingan warga sekitar--yang merupakan mayoritas Cina--untuk beribadah.

Kompleks Perumahan Urip Sumoharjo

Jika anda ingin mengetahui bagaimana bentuk arsitek dari rumah bergaya Indisch, datang ke Kompleks Perumahan Urip Sumoharjo adalah hal yang tempat. Permukiman yang dulu bernama Generaal Staallaan ini menyimpan rumah-rumah yang telah ada sejak awal abad ke-20. Dulunya, kawasan tersebut hanya dihuni oleh perwira tinggi Belanda atau mereka yang berjasa bagi negara.

Urip Sumoharjo sendiri adalah seorang Kepala Staf Umum TKR pertama pada tahun 1945, dan menjadi Wakil Komandan pada tahun 1947. Dulu, ia menempati rumah dinas di Generaal Staallaan nomor 17. Kini rumah tersebut telah menjadi sekolah karate.

Menyusuri gang kecil, perumahan yang terletak di tengah kota ini sangat sejuk karena dikelilingi oleh pepohonan yang rindang. Namun sangat disayangkan, beberapa rumah telah kehilangan bentuk aslinya. Hal ini dikarenakan perumahan ini berada di lingkup kantor TNI Angkatan Darat sehingga telah diambil alih pengurusannya oleh pihak militer, “padahal ini juga bagian dari situs peninggalan Belanda,” ungkap Zeffery.