Usaha Pemberdayaan Masyarakat dan Perjalanan Inspiratif dalam Meningkatkan Kualitas Hidup

By National Geographic Indonesia, Senin, 19 November 2018 | 08:00 WIB
Kesenian Sisingaan. (Rahmad Azhar Hutomo)

Sedikit bergeser dari sekolah, kami berjalan menuju peternakan domba dan sapi. Lagi, program yang termasuk dalam program pemberdayaan masyarakat ini juga tidak terlihat berbeda bila dilihat secara singkat. Namun, penggunaan kotoran ternak sebagai pupuk dan biogas lah yang membedakan peternakan ini dengan peternakan lain. Bukan tanpa hasil, pengolahan biogas sudah dinikmati oleh empat rumah di sekitar peternakan. Dalam pengembangannya, pengelola menargetkan untuk mendistribusikan biogas ke lebih banyak rumah. Tujuan akhirnya? Biogas akan mengurangi pengeluaran masyarakat dalam pembelian bahan bakar.

Baca Juga : Mengenal Pneumonia, Penyakit Radang Paru-paru yang Diderita Stan Lee

Empat tahun lalu, peternakan ini hanya memiliki sedikit jumlah ternak. Namun kemudian PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field menambahkan jumlah ternak sapi. Sapi dipilih karena dapat dengan cepat menghasilkan kotoran yang berimbas pada cepatnya waktu memproduksi biogas. Tidak hanya itu, PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field juga memberikan pelatihan, pengembangan kandang, alat komposter, dan instalasi biogas.

Peternakan mungkin memang lahan yang erat kaitannya dengan laki-laki. Namun bukan berarti bahwa wanita di daerah tersebut tidak diberdayakan. Ibu rumah tangga pun diberdayakan. Hanya saja memang bukan di peternakan, mereka terlibat dalam usaha pengurangan sampah organik. Mereka tidak lagi hanya menunggu anak-anak pulang sekolah, tetapi juga turut serta dalam menigkatkan kualitas hidup di sana.

Desa Karanglayung memiliki banyak pohon pisang. Sayangnya, setelah berbuah, pohon pisang yang banyak ini akan mati. Masyarakat di sana kemudian membuang bonggol pohon pisang di sekitar aliran sungai sehingga menyumbat aliran air.

Untuk mengurangi sampah organik, ibu-ibu pun diberikan pelatihan untuk mengolah bonggol pohon pisang. Kelompok yang terdiri dari 10 ibu rumah tangga ini sangat suka bereksperimen dalam mengolah bonggol pisang. Bayangkan, mereka dapat membuat brownies, kerupuk, bakso, atau nugget dengan bahan dasar bonggol tadi. Tidak hanya asal diproduksi, hasil olahan ini kemudian dipasarkan dan memiliki nilai jual.

Tidak hanya biogas dari peternakan, dan pengolahan bonggol pisang, Desa Karanglayung juga memiliki sejumlah lokasi pembenihan ikan lele. Usaha kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Langgeng yang dibentuk pada bulan Desember 2015 ini sudah berkembang menjadi 42 unit yang tersebar di empat titik Desa karanglayung.

Usaha budi daya yang pernah menerima bantuan berupa terpal untuk kolam, pompa, indukan lele, pompa air, diesel, dan saung ini pun menjadi lahan kerja bagi masyarakat sekitar. Kasmarih, ketua kelompok mengungkap bahwa banyak masyarakat desa yang mengajukan diri untuk bekerja. Bahkan ia harus mencari lokasi baru agar penyebaran lahan dan peluang kerja lebih merata.

Warga menggoreng bonggol pisang. (Rahmad Azhar Hutomo)

Selain pembibitan Lele, Kasmarih berencana untuk membuat budi daya cacing sutra. Cacing sutra adalah makanan bibit lele. Jika rencana ini berjalan sesuai rencana, biaya pakan bibit lele pun akan terpangkas secara signifikan.

Hari pun semakin gelap, kami, tim ekspedisi harus kembali melanjutkan perjalanan. Meski begitu, beberapa orang yang terlibat dalam program-program tadi membuka mata kami bahwa masih banyak orang yang ingin terlibat menebar kebaikan demi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.

Penulis: Sysila Tanhati